Oleh: Hadipras
SURABAYAONLINE.CO – Krisis pangan dunia diperkirakan terjadi pada tahun 2050 akibat perubahan iklim dan menurunnya hasil panen. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memprediksi bahwa lebih dari 500 juta petani skala kecil yang memproduksi 80% stok pangan dunia akan terkena dampak perubahan iklim. .
Berbagai penilitian telah dilakukan untuk menelisik penyebab Krisis Pangan, yang secara garis besar ada 3 hal: perubahan iklim, kegagalan panen, dan keterbatasan sumber daya dihadapkan kenaikan populasi.
Jika krisis pangan terjadi, diprediksi dampaknya terjadi kelaparan dan lebih dari 900 juta orang menghadapi kerawanan pangan akut di seluruh dunia. Disamping itu terjadi kekurangan gizi: stunting dan wasting pada anak-anak meningkat, terutama di Asia dan Afrika Sub-Sahara.
FAO telah bekerja sama dengan berbagai negara untuk mitigasi dan adaptasi, serta melakukan program aksi ketahanan pangan, termasuk pemberian materi pendidikan dan kesadaran masyarakat melalui NGO/LSM. Di Indonesia, program aksi telah dimasukkan dalam rencana pembangunan jangka panjang dan menengah (RPJPN dan RPJMN).
Program Aksi Taktis dan Agresif
Jika FAO dengan banyak negara melakukan program aksi yang standart dan normatif, Pemerintah China mengambil opsi program yang lebih holistik, tidak saja secara internal tetapi juga sudah membangun skenario jangka panjang dalam kerjasama multilateral. Bukan hanya soal ketahanan pangan, tetapi China juga secara cerdik membangun platform geo-ekonomi dan geo-politik yang saling menguntungkan.
Beberapa tahun terakhir, Pemerintah China telah aktif membantu Ethiopia dan beberapa negara Afrika lainnya dalam membangun pertanian modern melalui investasi, transfer teknologi, dan pelatihan sumber daya manusia, meliputi:
- Investasi di infrastruktur Pertanian. China membangun pusat pelatihan pertanian modern di Ethiopia, seperti Ethiopia-China Agricultural Technology Demonstration Center (ECATDC), yang memperkenalkan teknik irigasi, benih unggul, dan alat mesin pertanian.
- Membangun proyek pengembangan lahan pertanian skala besar di wilayah Gambella dan Oromia dengan melibatkan perusahaan China.
- Melakukan transfer teknologi dan pelatihan petani Ethiopia dalam penggunaan traktor, sistem irigasi tetes (drip irrigation), dan pengelolaan hasil panen..
- Ujicoba varietas padi dan gandum dari China, seperti hybrid rice, diujicobakan di Ethiopia untuk meningkatkan produktivitas.
- Melalui Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC), China memberikan pendanaan untuk proyek ketahanan pangan di Afrika.
- Keuntungan bagi China: Akses ke sumberdaya dan pasar Ethiopia dan negara Afrika lainnya menyediakan lahan subur yang bisa menjadi sumber bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan China di masa depan.
- China juga mendapat keuntungan ekonomi dari ekspor alat pertanian dan teknologi ke Afrika. .
- China medapatkan pengaruh geopolitik. Dengan membantu ketahanan pangan Afrika, China memperkuat posisinya sebagai mitra utama di kawasan, guna mengimbangi pengaruh Barat.
- Ethiopia adalah anggota Belt and Road Initiative (BRI), sehingga proyek pertanian juga memperkuat jaringan infrastruktur China.
China sangat serius mengantisipasi krisis pangan global sekaligus kemitraan karena China adalah importir pangan terbesar dunia. Dengan membantu Afrika meningkatkan produksi, China bisa mengamankan pasokan pangan jangka panjang untuk 1,4 miliar penduduknya.
Afrika didorong menjadi lumbung pangan masa depan karena memiliki sekitar 60% lahan pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal. Jika dikembangkan, benua ini bisa menjadi pemasok pangan global.
China berperan sebagai mitra pengembang, sekaligus memastikan aksesnya ke sumber pangan tersebut. Jika krisis pangan terjadi, China memiliki cadangan melalui kerja sama dengan negara-negara seperti Ethiopia. China telah mempersiapkan diri dengan mengembangkan sumber pasokan di luar negeri, mengurangi ketergantungan pada impor dari pasar tradisional seperti Amerika dan Australia.
Peningkatan Produksi Dalam Negeri.
Selain investasi di luar negeri, China juga meningkatkan produksi dalam negeri melalui teknologi pertanian presisi dan GMO.
GMO (Genetically Modified Organism) atau Organisme Hasil Rekayasa Genetika yaitu tanaman, hewan, atau mikroorganisme yang DNA-nya telah dimodifikasi menggunakan teknologi bioteknologi untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan, seperti:
- Tahan Hama dan Penyakit. Contoh: Bt Cotton (kapas yang direkayasa menghasilkan racun alami untuk membunuh hama ulat). China adalah produsen kapas Bt terbesar di dunia.
- Tahan Herbisida. Contoh: Kedelai dan jagung Roundup Ready (bisa disemprot herbisida tanpa mati, sementara gulma musnah).
- Hasil Lebih tinggi dan tahan cuaca ekstrem. Contoh: Padi Golden Rice (diperkaya vitamin A untuk atasi defisiensi gizi). China juga mengembangkan varietas padi dan gandum transgenik yang lebih produktif.
- Varietas GMO seperti gandum tahan kekeringan dikembangkan untuk antisipasi cuaca ekstrem.
- Umur Simpan Lebih Panjang. Contoh: tomat Flavr Savr (awet lebih lama, meski kini jarang dipakai).
Mengapa China Mengembangkan GMO?
Rekayasa teknologi.pertanian dilakukan oleh Pemerintah China secara intensif dan serius, terutama karena tekanan luas lahan & populasi.
Negara China hanya punya 7% lahan pertanian dunia, tetapi harus memberi makan 20% populasi global. GMO membantu meningkatkan hasil panen per hektar ntuk kemandirian pangan nasional dan China ingin mengurangi impor pangan (misalnya, kedelai dari AS dan Brasil) dengan produksi sendiri.
Kontroversi dan Regulasi GMO di China
China aktif mendanai riset GMO melalui National Key R&D Program. Pada 2023, China menyetujui 8 varietas GMO baru, termasuk jagung dan kedelai.
China juga menghadapi kekhawatiran Publik yang sebagian masyarakat masih ragu soal keamanan pangan GMO.
China melakukan labeling wajib diberlakukan untuk produk GMO.
Ada beberapa begara yang kebih terbuka dengan GMO.
AS dan Brazil lebih terbuka pada GMO (dimana 90% kedelai dan jagung AS adalah GMO). Uni Eropa lebih ketat, banyak negara melarang budidaya GMO. Saat ini China sedabg melakukan riset agresif, tetapi dengan penerapan selektif.
CRISPR sebagai solusi Alternatif.
China dewasa ini berencana meningkatkan produksi GMO untuk swasembada pangan dengan teknologi alternatif seperti CRISPR (editing gen tanpa DNA asing) agar lebih bisa diterima masyarakat.
Indonesia: Perlu Intervensional?
Ibarat sepak bola, pembangunan sektor pertanian China bermain pola total foot ball, dan Indonesia cenderung pola total defensif. Bisa dimaklumi karena Indonesia secara umum sangat subur, dan tidak terlalu tergesa. Paling para pejabat, baru panik-greget kalau ada tekanan politik terhadap isu import dan inflasi pangan
Tetapi rezim pak Prabowo kencang inginkan swasembada pangan. Persoalannya apakah mau paradigma standart, (as usual) atau juga ingin memainkan peran kendali sebagai macan Asia Pasifik dengan kekuatan swasembada pangan dalam konteks peta geo-ekonomi dan politik?
Pertanyaan yang seharusnya diajukan adalah mengapa Indonesia belum (sepenuhnya) mencapai swasembada?
Indonesia memiliki sumber daya alam pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan yang berlimpah, tetapi masih bergantung pada impor pangan (beras, gula, bawang, daging sapi, bahkan garam).
Beberapa masalah mendasar yang hampir selalu menjadi konten narasi pembelaan Pemerintah antara lain:
- Fragmentasi Lahan. Mayoritas petani hanya memiliki lahan sempit (<0,5 ha), sulit mencapai skala ekonomi pengelolaan lahan.
- Teknologi tertinggal. Benih unggul, mekanisasi, bioteknologi, dan pemrosesan pasca-panen masih lemah dibanding negara dengan pertanian midern .
- Rantai pasok tidak efisien. Infrastruktur logistik lemah, distribusi cenderung mahal, dan banyak hasil pertanian terbuang (food loss 20-40%).
- Kebijakan kurang konsisten yang makin jadi brand negeri ini, dimana impor sering dijadikan solusi cepat, bukannya investasi jangka panjang di riset dan industri hulu-hilir.
- Industri pengolahan yang lemah dimana ekspor masih berbahan mentah (minyak sawit, karet, kopi), sehingga bernilai tambah rendah.
Apa Saja yang Perlu intervensi Aktif?
Berkaca pada strategi pembangunan berbasis Iintervensi negara ala China, Indonesia bisa mencontoh dengan adaptasi lokal.
Pertama, revolusi teknologi pertanian. Bioteknologi dan Benih Unggul dengan penguasaan genomic editing (CRISPR) untuk padi tahan kekeringan dan jagung hibrida. Indonesia harus berinvestasi besar di riset benih (Balitbang Pertanian, BRIN dan BUMN pangan).
Kedua, mekanisasi dan Smart Farming. Penggunakan drone penebar pupuk, sensor IoT, dan AI untuk prediksi panen
Ketiga, Indonesia perlu mengupayakan subsidi mesin pertanian (traktor, combine harvester dll) dan pelatihan digital farming. Jangan terlalu bermain bansos. Jatah alokasi anggaran DPR disinkronkan dalam program swasembada, toh tetap ber-efek perawatan konstituen politik
Keempat, konsolidasi lahan dan industrialisasi pertanian. Model Desa Pertanian Modern yang dikembangkan di China mungkin dapat ditiru untuk menciptakan klaster pertanian terintegrasi (dari produksi hingga pemrosesan).
Kelima, Indonesia bisa mengembangkan korporasi petan (seperti PIR Kelapa Sawit era Orba, tetapi lebih inklusif).
Kenam, Reforma Agraria Pro-Produksi. Upayakan.pengalihan lahan terlantar (4,8 juta ha) kepada petani produktif dengan skema kemitraan
Ketujuh, upayakan penguatan rantai nilai dan industri oengolahan melalui Food Industrial Park, dengan membangun kawasan industri pengolahan dekat sentra produksi (Kawasan Food Estate di Kalimantan dan Sumatera harus dikelola seperti Yantai National Agricultural Park di China).
Kedelapan, E-Commerce Pertanian. Platform digital (seperti Alibaba’s Rural Taobao) bisa menghubungkan petani langsung ke konsumen. Indonesia juga perlu percepat Gojek/Grab for Farmers atau platform BUMN (seperti eWarung).
Kesembilan, kebijakan protektif harus cerdas. Batasi impor dengan kuota ketat. Seperti China membatasi impor gula dan susu demi melindungi petani lokal. Indonesia harus kurangi impor beras & daging dengan insentif produksi dalam negeri. .
Kesepuluh, perlu subsidi terarah. Subsidi pupuk dan benih harus tepat sasaran (bisa memakai database petani berbasis digital).
Kesebelas, pendidikan dan SDM Teknologi Pertanian. Politik harus mendorong pendidikan vokasi degan medirikan semacam akademi pertanian modern (seperti China Agricultural University) dengan kurikulum bioteknologi & manajemen agribisnis.
Keduabelas, melatih 100.000 petani milenial dengan keahlian precision farming.
Ketigabelas, terapkan prinsip Socialist Market Economy (SME) yaitu sistem ekonomi yang menggabungkan prinsip sosialisme dengan mekanisme pasar. Dalam sistem ini, negara memiliki peran penting dalam mengatur ekonomi, namun juga membiarkan pasar berfungsi secara bebas. Jangan ada liberalisasi pertanian, kasian para petani tertekan para pemodal.
Keempatbelas, hybridisasi kepemilikan negara (BUMN) + swasta + koperasi petani untuk bisa diterapkan tanpa menimbulkan distorsi pasar.
Kelimabelas, perlu strategi membangun “National Champions” Agribisnis. Indonesia perlu menciptakan BUMN/BUMD pangan yang kuat
Keenambelas, perlu peningkatan kinerja pertanian dengan pendekatan “Zero Waste Agriculture”: China dan Vietnam memanfaatkan limbah pertanian untuk bioenergy, pakan ternak, dan pupuk organik (siklus ekonomi sirkular). Indonesia bisa optimalkan limbah sawit, sekam padi, dan limbah ikan untuk mengurangi ketergantungan impor pakan ternak.
Ketujuhbelas, meningkatkan diplomasi pertanian & teknologi. Kerja sama riset dengan negara yang sukses dalam adaptasi teknologi kering (dryland farming), misal di di NTT.
Tantangan dan Solusi
Korupsi masih menjadi tantangan utama. Untuk menghindari korupsi anggaran pertanian diperlukan pengawasan ketat (bisa memakai blockchain untuk transparansi bantuan petani).
Revolusi atau refomasi pertanian tentu menghadapi resistansi petani tradisional. Diperlukan sosialisasi dan edukasi serta demonstrasi teknologi (seperti program “Sekolah Lapang” yang diperluas).
Dukungan investasi asing di sektor pertanian perlu diterima, dengan syarat yang Pro-Transfer Teknologi (diplomasi ekonomi).
Dengan pendekatan yang lebh agresif dan refomatif (misal saran 17 intervensi aktif diatas), Indonesia bisa mencapai swasembada mantap bahkan ekspor pangan bernilai tinggi dalam 10-15 tahun mendatang. Hanya memang butuh political will kuat dan konsistensi kebijakan baik Eksekutif dan Legislatif.
Paradigma bertugas harus berubah, tidak business as usual yang penuh pansos, omon-omon dan intrik, Peningkatan skala mega korupsi dan dugaan keterlibatan para oknum dalam judi online harus diakhiri. Hukum ditegakkan.
Rakyat makin cerdas untuk mengerti mana yang mumpuni dan mana yang “mémblé” bahkan “ndomblé”. Masak sich dari 270 juta penduduk sulit mencari orang-orang mumpuni? Gampang, asal peoses demokrasinya berjalan bagus, dan tidak ada lagi koalisi konspiratif.
Semoga Indonesia bisa bangkit sebagai kekuatan pangan global! Di Indonesia Emas 2045. Jayalah Indonesiaku.