Oleh: Hadi Prasetyo
Mendorong Investasi Langsung (Direct Investment)
SURABAYAONLINE.CO – Salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan investasi sektor riil adalah “tingkat kemudahan berusaha” atau disebut “Ease of Doing Business (EDB)”.
Indonesia telah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, meskipun masih banyak tantangan yang perlu diatasi. Berdasarkan laporan EDB terakhir yang diterbitkan oleh Bank Dunia pada tahun 2020 (sebelum laporan ini dihentikan), Indonesia menempati peringkat 73 dari 190 negara dalam hal kemudahan berusaha. Beberapa area yang menjadi fokus perbaikan termasuk pendirian usaha, perizinan konstruksi, dan perdagangan lintas batas.
Peringkat Indonesia di ASEAN dan Asia:
- Di ASEAN: Indonesia berada di posisi tengah dalam hal kemudahan berusaha. Negara-negara seperti Singapura (peringkat 2 global), Malaysia (peringkat 12), dan Thailand (peringkat 21), Vietnam (peringkat 70), masih lebih unggul. Namun, Indonesia berada di atas Filipina (peringkat 95), dan Kamboja (peringkat 144).
- Di ASIA: Indonesia berada di peringkat menengah ke bawah jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Negara seperti Korea Selatan (peringkat 5), China (peringkat 31), dan Jepang (peringkat 29) jauh lebih unggul.
Tantangan yang dihadapi dalam memperbaiki EDB:
- Birokrasi yang rumit.
- Infrastruktur yang masih perlu ditingkatkan.
- Ketidakpastian regulasi di beberapa sektor.
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai reformasi untuk meningkatkan kemudahan berusaha, seperti: penyederhanaan perizinan melalui sistem Online Single Submission (OSS). Perbaikan infrastruktur fisik dan digital. insentif untuk investasi asing dan domestik.
Banyak pengamat menilai bahwa EDB Indonesia akan tetap sulit untuk meningkat bahkan cenderung menurun, jika berkaca terhadap situasi sosial politik Indonesia akhir-akhir ini. Korupsi yang bertrilyun-trilyun, demokrasi semu karena money politic, abuse of power dari oknum penguasa, penegakan hukum yang dirasakan masih belum adil dan penuh kontradiksi, kelompok preman, serta situasi pekerja/serikat pekerja yang kurang kondusif.
Situasi kondisi di Indonesia memang mengkhawatirkan, apalagi jika dibandingkan dengan negara tetangga dan lainnya. Beberapa contoh keberhasilan dari beberapa negara dalam mendorong investasi langsung dan berdampak kepada kesejahteraan masyarakat antara lain:
- Negara Singapore, sangat kuat dan menonjol brand Stabilitas Politik dan Sistem Hukum yang bebas korupsi. Investor asing dan domestik membutuhkan kepastian hukum, stabilitas politik dan transparansi untuk melindungi hak-hak investor. Hasilnya, Singapura menjadi hub keuangan dan teknologi global, dengan FDI yang signifikan di sektor jasa dan teknologi tinggi.
- Iklim Investasi yang kondusif, menjadi brand negara Vietnam. Kebijakan yang ramah investasi, seperti insentif pajak, kemudahan perizinan, dan birokrasi yang efisien, dan zona ekonomi khusus yang bersaing. Vietnam fokus pada reformasi ekonomi, termasuk liberalisasi perdagangan, perbaikan infrastruktur, dan penandatanganan perjanjian perdagangan bebas (seperti CPTPP). Hasilnya, Vietnam menjadi pusat manufaktur global, terutama di sektor elektronik dan tekstil, dengan FDI yang terus meningkat.
- Infrastruktur yang memadai, menjadi brand Tiongkok dalam menarik investasi langsung (disamping juga mempunyai brand yang bersaing dengan Singapore dan Vietnam). Infrastruktur fisik (jalan, pelabuhan, listrik) dan digital (internet cepat, jaringan komunikasi) adalah faktor kunci bagi investor. Disamping itu Tiongkok membuka diri untuk FDI dengan membangun zona ekonomi khusus (SEZ) seperti Shenzhen, menawarkan insentif pajak, dan mempermudah perizinan. Hasilnya, Tiongkok menjadi tujuan utama FDI, dengan investasi besar di sektor manufaktur dan teknologi. Pertumbuhan ekonominya yang pesat telah mengangkat ratusan juta orang dari kemiskinan.
- Akses ke pasar bisa dicatat sebagai brand negara India yang merupakan negara dengan populasi besar atau akses ke pasar regional yang luas dan mampu menarik FDI signifikan; disamping pasar domestik yang besar dan potensial.
- Keamanan dan Stabilitas Ekonomi menjadi brand dari negara Polandia, yang dikenal dengan inflasi yang terkendali, nilai tukar yang stabil, dan pertumbuhan ekonomi yang konsisten. Setelah bergabung dengan Uni Eropa, Polandia melakukan reformasi ekonomi, memperbaiki infrastruktur, dan menarik investasi di sektor manufaktur. Hasilnya Polandia menjadi salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di Eropa, dengan FDI yang besar di sektor otomotif dan elektronik.
- Kemitraan Publik-Swasta (Public-Private Partnership/PPP) merupakan brand negara Uni Emirat Arab dalam membangun infrastruktur dan energi kelas dunia. UEA mengembangkan zona ekonomi khusus (seperti Dubai International Financial Centre) dan menawarkan insentif bagi investor asing. Hasilnya UEA menjadi pusat keuangan, logistik, dan pariwisata global, dengan FDI yang besar di sektor energi dan infrastruktur.
Beban Berat Rezim Pemerintahan Prabowo
Pemerintahan Presiden Prabowo sudah dimulai sejak 20 Oktober 2024 dan hingga saat ini sudah berjalan 4,5 bulan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 sudah ditetapkan dalam Perpres 12/2025.
Periode pak Prabowo mengawali tahap pertama dari 4 tahan menuju perwujudan Indonesia Emas 2045, dimana tahap 1 adalanpenguatan transformasi, tahap 2 akselerasi transformasi, tahap 3 ekspansi transformasi dan tahap 4 mewujudkan Indonesia Emas. Ke empat tahap ini tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjnag Nasional (RPJPN 2045) seusai UU 59/2024.
Sebagai periode pertama menuju Indonesia Emas, sasaran kinerja pembangunan nasional si 2029 harus sudah mencapai titik penguatan struktural untuk bisa berakselerasi di periode kedua. Penguatan struktural di bidang transformasi sosial, transformasi ekonomi dan transformasi tata kelola.
Beberapa sasaran kinerja yang harus dicapai tahun 2029, antara lain:
- Laju pertumbuhan ekonomi nasional 5.05% (2024) menjadi 5.3% (2025) dan menuju 8% (2029)
- GNI per kapita harus meningkat dari US$ 4,870 (2023) menjadi US$ 5,410 (2025) menuju US$ 8,000 (2029)
- Kontribusi PDB Maritim meningkat dari 7.9% (2022), menjadi 8,1% (2025) dan 9,1 % (2029)
- Kontribusi PDB Manufaktur meningkat dari 18.6% (2023) menjadi 20.8% (2025) dan 21.9% (2029)
- Kemiskinan menurun daru 9.03% (Mar 2024) menjadi 1-8% (2025 dan 4.5-5% (2029)
- Kontribusi PDRB KTI meningkat dari 20.9% (2023) menjadi 21,4% (2025 dan 22,4% (2029)
Masih banyak indikator kinerja yang bisa diungkap, dan yang tidak kalah pentingnya adalah porsi jumlah kelas pendapatan menengah (middle income class) yang baru-baru ini menurun 9 juta orang, dan pada tahun 2024 berjumlah 47.85 juta atau hanya 17.13%. Bandingkan dengan negara maju seperti Korea Selatan yang merupakan contoh sukses negara berkembang keluar dari jebakan kelas menengah (middle income trap) yang sudah mencapai 60%. Bank Dunia mensyaratkan 50-60%.
Disamping itu indikator Tingkat Faktor Produktivitas (TFP) yang merupakan ukuran perbandingan output total dibagi input total masih menjadi PR besar pemerintahan pak Prabowo. Angkanya masih miris, karena indikator ini cukup menentukan derajat kemajuan kemakmuran dan kesejahteraan. Berikut perbandingan angka TFP:
TFP index 2010 =1.0
- Korea Selatan (1971-1995) TFP rata-rata 1,78
- China 2005-2022) TFP 2.2
- Thailand 2005-2022 TFP 1.05
- Vietnam (2005-2022) TFP 1.17
- Indonesia (2005-2022) angkanya negatif (0.83 karena kurang dari 1.0)
Belum lagi bila dilihat indikator lainnya misal Indeks pembangunan industri dihadapkan kenyataan banyaknya industri yang tutup, pailit dan melakukan PHK bertubi-tubi.
Narasi-narasi optimisme yang dikembangkan pemerintah dan narasi kritik oleh masyarakat dan profesional, begitu heboh di media sosial mapun media mainstream. Bukan lagi diskusi yang sehat dan mencari solusi, tetapi lebih menjadi pertempuran opini saling serang, untuk mengaburkan kenyataan keseriusan problem pembangunan yang ada.
Berbagai kasus korupsi ukuran jumbo, super jumbo dan mega jumbo terus menghiasi berita hukum dan politik, ditengah berita kurang kompeten nya beberapa pejabat pemerintahan yang masih narsis dan pencitraan.
Persoalan berat bangsa yang seharusnya diperjuangkan habis-habisan secara sistematif dan konseptual, masih nampak jelas terlihat dimulainya proses kontestasi dan kompetisi menuju pemilu 2029 secara munafik. Sulit membedakan antara bekerja sungguhan dengan pencitraan. Belum lagi barisan pro-sana pro-sini juga sudah pasang kuda-kuda untuk mencari celah masuk isu politik yang bisa jadi komoditi bisnis dukung-mendukung bernilai milyard-milyard. Drama yang menafikkan alarm bahaya bahwa Indonesia di 2029 harus sampai pada posisi “mampu lolos” jebakan kelas menengah, atau “gagal” lolos. Jika gagal maka Indonesia makin tertinggal dan rakyat tetap akan dalam kungkungan penderitaan, sambil meratap melihat bangsa-bangsa lain makin jauh maju.
Epiloog
Kita mengharapkan Negara hadir agar hal-hal yang menyangkut kebutuhan dasar warga terjamin dan terpenuhi. Kita mengharapkan pasar adil agar ada kompetisi namun yang manusiawi. Kita menginginkan warga menguat perannya agar ada kontrol atas pengelolaan Negara dan juga pasar. Negara berideologi Pancasila yang demokratis dan mengutamakan rakyatnya.
Jaman memang telah demikian pesat berubah. Uang telah merubah begitu banyak hal, termasuk hidup seseorang, relasi antar sesama, relasi manusia dengan alam, dan lain sebagainya. Uang telah membuat segalanya menjadi tidak pernah cukup!
Tapi sebuah bangsa bukan saja perlu uang untuk pembangunan. Sebuah bangsa juga membutuhkan kehormatan yang bisa diwariskan untuk generasi mendatang. Sebuah bangsa juga membutuhkan kehormatan sehingga ia mempunyai harga diri. Sebuah bangsa juga membutuhkan kehormatan agar dia layak dihormati.
Mudah-mudahan artikel ini membuka mata hati dan batin para generasi muda, masyarakat, para pejabat di 3 jalur trias politica, ormas-ormas serta partai-partai politik. Beranilah bercermin untuk mengetahui “wajah” jujur perpolitikan yang kotor dan kerakusan yang sudah ugal-ugalan dimana saudara-saudara ada di dalamnya. Ketidak pastian politik dan kerakusan harus dihentikan! Karena yang menderita juga anak-cucu dan keturunan saudara-saudara juga.
Semoga….