SURABAYAONLINE.CO — Suasana khidmat menyelimuti Pendopo Odah Etam, Samarinda, saat Khofifah Indar Parawansa resmi dilantik sebagai Ketua Umum Dewan Pembina Pimpinan Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) masa khidmat 2025–2030. Pelantikan dilakukan langsung oleh Katib Aam PBNU KH Ahmad Sa’id Asrori, menandai dimulainya babak baru pengabdian Muslimat NU bagi bangsa dan umat.
Dalam pelantikan yang dihadiri jajaran tokoh nasional dan daerah ini, turut dilantik pula Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, Arifatul Choiri Fauzi, sebagai Ketua PP Muslimat NU beserta jajaran pengurus baru. Kepengurusan ini diteguhkan melalui Surat Keputusan PBNU dan mencerminkan keberagaman latar belakang, profesi, serta keterwakilan daerah, membawa semangat inklusif dan progresif dalam menjawab tantangan zaman.
Salah satu momen penting dalam acara ini adalah peluncuran Program Pelatihan Paralegal dan Lembaga Advokasi Hukum Keluarga Muslimat NU. Inisiatif ini ditandai dengan penandatanganan kerja sama strategis antara Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum RI, Min Usihen, dan Ketua PP Muslimat NU, Arifatul Choiri Fauzi. Penandatanganan ini disaksikan oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf serta Khofifah Indar Parawansa.
“Program ini bertujuan memperkuat pemahaman hukum para kader dan mendukung pendampingan komunitas terhadap perempuan dan anak korban kekerasan,” ujar Khofifah.
Dalam pidatonya, Khofifah menekankan pentingnya integritas dan semangat pengabdian para kader Muslimat NU. Ia mengajak seluruh elemen organisasi untuk tampil sebagai pelopor gerakan sosial yang berdampak nyata dan berkelanjutan.
“Be yourself and do our best, jadi diri kita sendiri dan lakukan yang terbaik. Inilah kunci ketangguhan perempuan Muslimat NU dalam membangun bangsa,” serunya penuh semangat.
Lebih jauh, Khofifah menegaskan bahwa agenda besar Muslimat NU ke depan adalah memperkuat pengarusutamaan gender, pendidikan inklusif, perlindungan anak, pemberdayaan ekonomi keluarga, dan ketahanan sosial.
Dalam rangka memperkuat kualitas sumber daya manusia, pelantikan ini juga disertai dengan Deklarasi Asosiasi Guru Besar Muslimat NU—sebuah langkah strategis untuk membangun kapasitas intelektual dan pendidikan yang berkelanjutan di lingkungan Muslimat NU.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam sambutannya memberikan apresiasi tinggi terhadap kiprah Muslimat NU. Ia menekankan bahwa peran organisasi ini melampaui lingkup domestik dan struktural, bahkan telah menorehkan prestasi di berbagai bidang strategis.
“Muslimat NU ini bukan sekadar organisasi ibu-ibu. Ini adalah gerakan perempuan yang tumbuh dari semangat pengabdian dan telah menjadi kekuatan besar dalam sejarah bangsa,” tegasnya.
Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting seperti Menteri Sosial RI yang juga Sekjen PBNU, Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Timur, para istri menteri Kabinet Merah Putih, para guru besar Muslimat NU, pengurus dari berbagai wilayah dan negara, serta tokoh-tokoh ulama dan pejabat daerah.
Muslimat NU, yang telah menjadi benteng ketahanan sosial dan moral bangsa selama lebih dari tujuh dekade, kini memasuki babak baru dengan visi yang semakin kuat: membangun perempuan tangguh, cerdas, dan berdedikasi untuk Indonesia yang adil dan sejahtera.