Oleh: Gatot Sundoro
SURABAYAONLINE.CO – Alloh SWT mengambil harta kita dengan cara-NYA sendiri, apabila kita tidak menjalankan kewajibannya, maka Alloh yang akan menagih dan mengambil harta tersebut dengan amat mudahnya. Bahkan terkadang amat perih, misalnya, berupa kebakaran, bangkrut, hilang, sakit yang tak tersembuhkan dan sebagainya.
Harta yang banyak melimpah, umumnya menjadikan kita amat materialistis, angan angan menjadi semakin panjang. Setiap hari sibuk menumpuk harta. Rasa was was, kawatir kelak keturunannya melarat.
Dalam hidup ini, terkadang kita ini seolah olah merasa Tuhan, bercita cita pembagian rezeki yang tak akan habis sampai tujuh turunan. Padahal yang menentukan rezeki itu bukan kita.
Pengalaman menunjukkan, banyak contoh anak seorang miskin menjadi kaya dan baik hati, karena orang tuanya mendidiknya berakhlak mulia; betapa banyak anak yang mendapat warisan berlimpah, tanpa akhlak, akhirnya bangkrut dan sesat jalan hidupnya.
Alloh SWT berfirman dalam Al Qur’an surat Al Lail ayat 8 dan 9:” Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Alloh) serta mendustakan (pahala) yang terbaik, maka akan KAMI mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan).”
Sebelum Alloh mengambil harta kita dengan cara’NYA, alangkah baiknya manakala kesadaran untuk menafkahkan sebagian rezeki yang kita peroleh itu dilakukan dengan keikhlasan hati. Islam mengajarkan kita caranya, yaitu melalui ZIS (Zakat, Infaq maupun Shodaqoh)