SURABAYAONLINE.CO, Banyuwangi – Di kaki Gunung Ijen yang megah, terdapat desa-desa kecil yang menjadi saksi keajaiban alam sekaligus perputaran roda ekonomi lokal. Kawah Ijen di Banyuwangi, dengan fenomena Blue Fire yang memikat ribuan wisatawan setiap tahunnya, bukan hanya sekadar destinasi wisata, tetapi juga pusat aktivitas ekonomi yang digerakkan oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Namun, di balik panorama alam yang menakjubkan, pelaku UMKM di kawasan ini menghadapi tantangan yang tak kalah besar. Mulai dari rendahnya akses terhadap promosi hingga terbatasnya kemampuan digital, banyak pelaku usaha yang kesulitan bersaing dan bertahan. “Kami punya produk lokal seperti suvenir dan makanan khas, tapi promosi masih sangat tradisional,” ujar Sri, seorang pemilik toko suvenir di Desa Licin.
Kondisi ini mendorong MDI Ventures bekerja sama dengan Cakap untuk menghadirkan program pelatihan berbasis digital bernama Digibiz 2024. Program ini bertujuan memberdayakan 100 UMKM di sekitar Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember agar mampu menghadapi tantangan dengan keterampilan baru, terutama di era digital.
Pelatihan yang berlangsung selama empat bulan ini dirancang untuk mengintegrasikan teknologi dalam pengelolaan bisnis lokal. Peserta mendapatkan pembekalan mulai dari strategi pemasaran digital, penggunaan media sosial, hingga efisiensi operasional menggunakan platform digital.
“Pelatihan ini mengajarkan kami cara menjangkau pelanggan lebih luas melalui media sosial. Saya kini tahu cara membuat konten yang menarik untuk mempromosikan restoran saya,” kata Arif, pemilik rumah makan khas Banyuwangi.
Selain teori, peserta juga diajarkan keterampilan praktis seperti pengelolaan inventori secara digital dan penggunaan sistem pembayaran online. Upaya ini membantu pelaku UMKM meningkatkan daya saing dan menjadikan desa wisata sebagai pusat ekonomi berkelanjutan.
Menurut Donald Wihardja, CEO MDI Ventures, Kawah Ijen memiliki potensi ekonomi yang luar biasa, tetapi pengelolaannya membutuhkan pendekatan inovatif. “Melalui Digibiz, kami ingin memberdayakan UMKM untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang. Desa-desa di sekitar Kawah Ijen memiliki potensi luar biasa yang perlu digali lebih dalam,” jelasnya.
Kawasan wisata ini memang terus berkembang. Berdasarkan data, jumlah wisatawan di Kawah Ijen meningkat lebih dari 50% dalam beberapa tahun terakhir. Dengan arus pengunjung yang semakin besar, kebutuhan akan layanan berkualitas dan produk lokal yang unik semakin meningkat.
Program Digibiz juga melibatkan praktisi berpengalaman untuk memberikan pelatihan yang relevan dan aplikatif. CEO Cakap, Tomy Yunus, menekankan pentingnya pendekatan berbasis teknologi dalam program ini. “Kami percaya pendidikan dan teknologi adalah kunci transformasi. Dengan program ini, kami ingin memastikan UMKM tidak hanya belajar, tetapi juga siap mempraktikkan apa yang mereka pelajari,” ungkap Tomy.
Kerja sama strategis antara MDI Ventures dan Cakap sebelumnya telah sukses membawa perubahan di daerah lain. Di Yogyakarta, program serupa meningkatkan pendapatan 90% peserta melalui pelatihan digital marketing. Hal ini menjadi bukti bahwa intervensi berbasis teknologi mampu memberikan dampak signifikan pada UMKM.
Kini, UMKM di sekitar Kawah Ijen bersiap menghadapi masa depan yang lebih cerah. Dengan keterampilan baru, mereka tidak hanya melayani wisatawan dengan lebih baik, tetapi juga menciptakan pengalaman unik yang meninggalkan kesan mendalam.
“Saya berharap desa kami bisa menjadi desa wisata yang lebih maju, di mana wisatawan merasa nyaman dan kami sebagai warga lokal bisa sejahtera,” kata Sri penuh semangat.
Di Kawah Ijen, digitalisasi bukan hanya sebuah tren, tetapi sebuah peluang untuk mengubah kehidupan. Program seperti Digibiz membuktikan bahwa teknologi, jika dimanfaatkan dengan tepat, dapat menjadi jembatan menuju perekonomian lokal yang inklusif dan berkelanjutan.