SURABAYAONLINE.CO-Ramadhan identik dengan memasak. Mumpung banyak orang lagi rajin masak di rumah, kita tingkatkan kemampuan menyiapkan hidangan berbasis ayam. Kalau pernah sakit perut dan meronta-ronta di toilet akibat memakan hidangan ayam yang tidak dimasak dengan benar, kita pasti sadar betapa keahlian memasak ayam goreng supaya matang sempurna adalah hal penting.
Ternyata ada ilmuwan yang khawatir masyarakat belum mampu menilai tingkat kematangan ayam goreng secara baik dan benar. Mayoritas orang berpatokan pada perubahan warna daging (sudah putih, bukan merah muda), serta kaldu yang dihasilkan (bening, bukan merah muda) sebagai acuan kematangan.
Penelitian ini dihelat tim dari Institusi Penelitian Makanan, Ikan, dan Akuakultur Norwegia, melibatkan 3.969 responden asal Prancis, Norwegia, Portugal, Rumania, dan Inggris. Para peneliti sekaligus mengunjungi 75 keluarga berbeda, menyaksikan langsung proses mereka memasak dan menyiapkan hidangan ayam goreng.
Berdasarkan keterangan pers dari tim peneliti yang kami terima, berikut temuan mereka:
…memeriksa perubahan warna daging ayam merupakan cara yang populer menilai tingkat kematangan daging ayam, hal ini dilakukan setengah responden yang kami teliti. Metode umum lainnya adalah mengecek tekstur daging atau warna kaldu.
Namun, para peneliti turut melakukan eksperimen laboratorium untuk menguji akurasi berbagai teknik mengukur kematangan tadi. Hasilnya, warna dan tekstur daging semata tidak menjadi indikator yang bisa diandalkan. Sebab warna daging ayam berubah-ubah di temperatur rendah dan tidak mematikan keberadaan mikroba patogen.
Supaya benar-benar matang, berarti saat masak kita harus pakai termometer makanan? Masalahnya, jarang banget orang punya termometer makanan.
Setidaknya itu menurut ilmuwan lho.(*)