SURABAYAONLINE.CO-Mengenakan kaos oblong dan duduk lesehan di ruang tamu, AKP Supriyadi, SH, dengan lahap menikmati makan malam ramai-ramai dengan menu ikan bakar jamuan dari salah satu nelayan yang baru turun melaut di Pulau Matalaang. Usai makan bersama, Kapolsek Liukang Tangaya, Pangkep, Sulsel itu kemudian melanjutkan obrolan ringan. Kadang diselingi celotehan ringan dan kadang ada gelak tawa bersama. Semua itu berlangsung cair, hangat dan tidak ada sekat.
“Inilah cara saya melakukan pendekatan dengan warga. Saya menanggalkan baju polisi supaya bisa akrab dengan mereka,” kata Supriyadi mengawali percakapan.
Sebagai Kapolsek yang wilayahnya berpulau-pulau yang dipisah lautan luas sementara jumlah personilnya sangat terbatas maka diperlukan cara pendekatan tersendiri.
“Tujuannya bagaimana dengan jumlah personil yang terbatas namun keamanan tetap terjaga dengan baik,” imbuh Supriyadi, yang di Matalaang malam itu dalam rangka pengamanan Kapal Rumah Sakit Ksatria Airlangga (RSTKA) yang mengadakan kegiatan sosial pelayanan kesehatan di Kepualaun Pangkep, Sulsel.
Bapak dua orang anak asal Jombang (Jatim) tersebut menjelaskan bahwa Polsek yang dia pimpin sejak tahun 2018 lalu adalah Polsek terluar dari Polres Pangkep. Dimana dari kota Kabupaten Pangkep menuju Polsek Liukang Tangaya jaraknya 180 mil laut. “Kalau naik perahu nelayan dari Polsek ke Polres atau sebaliknya dibutuhkan waktu tempuh 25 jam lamanya, itu pun kalau dalam keadaan laut tenang tak bergelombang,” kata Supriyadi memberi gambaran.
Polsek yang berada dibawah kendalinya itu kawasannya sangat luas, meliputi 8 desa dan satu kelurahan yang tersebar 50 pulau, 25 pulau diantaranya berpenghuni dan selebihnya pulau kosong. Demikian pula jarak antara satu pulau dengan pulau lain, ditempuh dengan perjalanan laut numpang perahu nelayan. Paling terdekat antara satu pulau dengan pulau lain itu 1 jam, dan yang terjauh memakan waktu 18 jam lamanya.
Tak hanya soal bentang wilayah yang sangat luas, setiap pulau juga memiliki kendala yang berbeda-beda, salah satu diantaranya tidak semua pulau sudah ada sambungan telepon selulernya. “Kalau ada sambungan telepon masih lumayan, kalau ada sesuatu bisa segera komunikasi anak buah. Yang menjadi persoalan itu jika tidak. Kalau sudah begitu sumber informasi satu-satunya mengandalkan dari para nelayan saja,” imbuh Supriyadi yang keluarganya berada di kota Makassar tersebut.
Supriyadi yang sejak sejak 20 tahun silam meniti karier sebagai anggota polisi di Sulawesi itu menguraikan karena kawasan yang menjadi tanggungjawabnya sangat luas sementara jumlah personilnya hanya 16 orang termasuk dirinya sehingga diperlukan cara tersendiri. “Salah satunya kita harus ‘menanam’ orang di masing-masing pulau. Bisa dibayangkan kalau ada kejadian di satu pulau sementara anggota kita tidak ada disana kan repot kalau tidak punya orang disana.”
Tak hanya bersifat teknis keamanan wilayah, yang tak kalah pentingnya adalah menjaga mental anak buah. Dalam mengelola anggotanya ia dituntut harus pandai dan bijak dalam menyikapi agar mereka tetap nyaman dalam menjalankan tugas.
Anak buahnya yang rata-rata berasal dari Makassar dan Pangkep membutuhkan waktu untuk pulang untuk bertemu keluarga masing-masing. Karena antara tempat tugas dan rumah memerlukan perjalan puluhan jam sehingga waktu liburnya harus digilir. “Mereka kan punya keluaraga, ada rasa rindu pada anak dan istri,” papar Supriyadi.
Supriyadi yang kariernya lebih banyak bertugas di polisi perairan dan udara (Polairud) tersebut menceritakan satu pengalaman yang kurang mengenakan. Dulu ada seorang anggotanya tidak bisa datang di hari pemakaman salah seorang keluaraga terdekatnya karena terkendala lokasi tugasnya sangat jauh. “Hal-hal yang begini ini harus dipikirkan dengan bijak,” imbuh Supriyadi sambil jelaskan bahwa menjadi pimpinan di kawasan daratan dengan kepulauan sangat berbeda.
Demikian pula, meski sebagai pimpinan dia juga dituntut harus ikut mobile dari satu pulau ke pulau lain. Tak hanya mengunjungi pulau berpenghuni, tetapi sekali-sekali ia juga melakukan sidak ke pulau kosong yang jumlahnya puluhan. Sidak itu perlu dilakukan karena biasannya di pulau tak berpenghuni tersebut para pelaku illegal fishing kadang menyelinap. (Gandhi Wasono M)