SURABAYAONLINE.CO, Blitar – Kenaikan harga eceran tertinggi (HET) elpiji resmi diterapkan, memicu dampak langsung pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta pengelola pangkalan gas di Kota Blitar. Kenaikan ini memperberat beban operasional di tengah lonjakan harga kebutuhan pokok lainnya.
Tria Kirana, salah satu pelaku UMKM di bidang kuliner, mengungkapkan bahwa kenaikan harga elpiji memberikan tekanan besar terhadap keberlangsungan usahanya.
“Dalam sehari, kami bisa menghabiskan sembilan tabung gas. Tinggal mengalikan dengan kenaikan harga saat ini. Apalagi, kenaikan ini diikuti oleh lonjakan harga barang pokok lainnya. Ini cukup memberatkan bagi pelaku usaha seperti kami,” ujar Tria pada Kamis (16/1/2025).
Dia menambahkan, selain kenaikan harga, ketersediaan stok gas elpiji juga menjadi persoalan utama. “Berapa pun harganya, tidak masalah selama stok tersedia. Beberapa waktu lalu, ketika terjadi kelangkaan gas, harganya melonjak tinggi, tetapi barangnya tidak ada. Itu menjadi kendala besar bagi kami,” jelasnya.
Tria juga menyoroti praktik pengecer yang menjual gas elpiji di atas HET, dengan harga mencapai Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per tabung. “Sebagai pelaku usaha, kami tidak punya pilihan selain tetap membeli, karena ini adalah kebutuhan pokok untuk operasional,” tambahnya.
Maghfira Hanum, pengelola salah satu pangkalan elpiji di Blitar, menyatakan bahwa kenaikan harga ini terasa berat karena terjadi bersamaan dengan kenaikan harga komoditas lain seperti minyak goreng dan beras.
“Harga minyak goreng dan beras mulai naik sejak akhir tahun lalu, dan diperkirakan akan terus naik hingga Idul Fitri. Banyak pelanggan mengeluh, tetapi tetap membeli karena butuh,” ujar Maghfira.
Dia menjelaskan, pangkalannya mendapat pasokan 30 tabung gas per minggu yang selalu habis dalam waktu singkat. “Kami hanya mendapatkan pasokan sekali sepekan dan selalu ludes terjual. Harapannya, kalaupun harga naik, komoditas lain jangan ikut naik bersamaan agar beban masyarakat tidak terlalu berat,” ujarnya.
Baik pelaku UMKM maupun pengelola pangkalan berharap ada langkah konkret dari pemerintah untuk menjaga kestabilan pasokan gas elpiji.
“Yang terpenting adalah ketersediaan barang. Jangan sampai terjadi kelangkaan seperti sebelumnya, karena ini akan semakin memperburuk situasi,” pungkas Maghfira.
Dengan kenaikan harga elpiji ini, pelaku UMKM diharapkan mampu beradaptasi dengan mengoptimalkan efisiensi operasional. Selain itu, dukungan pemerintah dalam bentuk subsidi atau kebijakan stabilisasi harga sangat diperlukan untuk meringankan beban pelaku usaha kecil di tengah kondisi ekonomi yang menantang.