SURABAYAONLINE.CO – Berbagai upaya ditempuh Kantor Perwakilan (Kaper) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur untuk menekan dan mencegah kasus Stunting.
Salah satunya adalah dengan cara mengelaborasi dan berkolaborasi dengan mitra kerjanya untuk melakukan gerakan bersama untuk kampanye cegah Stunting.
Dijelaskan Sukamto, SE, M.Si, Koordinator Bidang Pelatihan dan Pengembangan BKKBN Jawa Timur, kampanye mencegah kasus Stunting kali ini dilakukan melalui pertunjukan seni dan budaya.
Untuk itu, Sabtu (17/12/2022) malam, di Kaper BKKBN Jawa Timur di kawasan Gubeng Surabaya digelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk yang dibawakan oleh dalang kondang asal Surakarta, Ki Dr. Ir. H. Warseno Slenk, M.Si.
Selain disaksikan camat se Kota Surabaya, pertunjukan wayang kulit ini akan disiarkan langsung secara streaming oleh salah satu mitra kerja BKKBN, yakni Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) Jawa Timur.
Untuk itu JRKI Jawa Timur sudah meminta Radio Komunitas (Rakom) Rajamuni FM dan Radio Pertanian Wonocolo Surabaya, Rakom Tokcer FM dan Rakom Awang-awang FM Sidoarjo dan Rakom KISS FM Ngawi untuk me-relay acara gelar seni wayang kulit di Surabaya ini agar bisa diikuti lebih banyak anggota masyarakat pendengar radio di Jawa Timur.
Ditambahkan Sukamto, melalui kegiatan ini BKKBN ingin meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan Percepatan Penurunan Stunting (PPS).
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 71/2021 tentang PPS, Kaper BKKBN adalah Ketua Pelaksana PPS.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi pada 1.000 hari pertama sejak bayi dilahirkan.
Kondisi ini bisa berefek jangka panjang hingga si anak dewasa dan bahkan hingga lanjut usia. Jika tidak dicegah atau diatasi, hal ini berakibat pada rendahnya kualitas manusia Indonesia.
Menurut catatan badan kesehatan dunia, WHO, ada 162 juta anak di seluruh dunia mengalami Stunting, termasuk di Indonesia.
Kondisi kurang gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama bisa berdampak pada gangguan perkembangan anak. Tidak saja pada fisik, melainkan juga pada perkembangan otaknya.
Penyebab Stunting pada umumnya akibat rendahnya akses ibu hamil terhadap makanan, dari segi jumlah maupun kualitas gizinya.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, angka prevalensi Stunting di Indonesia adalah 23,5 persen. Target pemerintah, pada tahun 2024 angka prevalensi Stunting turun menjadi 14 persen.
Itu sebabnya BKKBN di seluruh Indonesia menetapkan target, angka prevalensi Stunting tahun 2022 menjadi 20,1 persen agar di tahun 2024 bisa mencapai prevalensi Stunting 13,5 persen.
Penyebab lainnya terjadinya kasus Stunting adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu hamil terkait gizi sejak sebelum, saat hamil dan sesudah melahirkan. Beban tugas memberikan pengetahuan inilah yang akan dikerjakan jajaran BKKBN bersama para mitra kerja strategisnya.
Ciri anak penderita Stunting antara lain, wajah anak terlihat lebih muda dibanding usia sebenarnya. Juga kurang fokus dan tidak minat belajar.
Di usia 8-10 tahun, anak juga tampak pendiam dan jika diajak bicara selalu menghindar dari kontak mata. Pada anak perempuan juga bisa berefek terlambatnya masa menstruasi.
Dalam sambutannya sebelum dimulainya pergelaran wayang kulit dengan lakon “Tumurune Wahyu Katentreman” ini Kepala Kantor Perwakilan BKKBN Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, MM, mengatakan, sesuai tugas yang dibebankan kepada BKKBN, pihaknya menargetkan tidak ada lagi kelahiran baru bayi Stunting.
“Lewat lakon ”Tumurune Wahyu Katentreman’ kami juga berharap bangsa dan negara Indonesia selalu hidup tenteram. Dan, itu bisa dimulai dari lingkup keluarga,” ujarnya. Ketua DPRD Jawa Timur, Kusnadi, SH, M.Hum sebelum menandai dimulainya pergelaran wayang kulit memberikan apresiasi kepada BKKBN Jawa Timur atas upayanya menekan angka prevalensi Stunting. ( Yami Wahyono )