Catatan Akhir Pekan
by Ferry Is Mirza DM
SURABAYAONLINE.CO – SUDAH 77 TAHUN bangsa kita merdeka. Untuk merebut kemerdekaannya dari penjajah, para pejuang bangsa rela berkorban jiwa raga dan harta benda.
Sejak 17 Agustus 1945 saat teks Proklamasi dibacakan oleh alm Soekarno – alm Moh Hatta di Jln Pengangsaan, dan setiap tahun –dari era Orde Baru sampai era Reformasi– upacara peringatan hari kemerdekaan NKRI yang diselenggarakan di istana negara selalu dilaksanakan dengan penuh hikmad. Karena hari kemerdekaan ini sakral.
Namun, pada upacara hari Rabu 17 Agustus 2022 lalu itu, tak ada lagi suasana hikmad dan sakral. Istana Negara nampak semarak dan gemerlap oleh warna warni busana khas daerah yang dikenakan oleh Presiden Jokowi dan istri Iriana serta para menteri juga semua undangan.
Tak hanya hilangnya suasana hikmad dan sakral, upacara HUT RI ke 77 yang disiarkan langsung semua media televisi itu, juga dipertontonkan joget para menteri dan undangan mengikuti lagu berirama dangdut *Ojok Dibandingke* yang dinyanyikan Prayoga bocah asal Banyuwangi.
Diiringgi lagu *Ojok Dibandingke* joget para menteri dan undangan upacara itu viral di medsos. Inikah revolusi mental ? Berbagai komentar protes nitizen pun menyeruak.
Kenapa protes ? Bukankah joget HUT RI di Istana Negara itu pertanda mereka memang sudah Merdeka, punya rumah mewah, tabungan banyak. _Ojok Bandingke_ sama rakyat kecil.
Mereka yang joget-joget di Istana Merdeka itu ya memang sudah merdeka. Mereka punya mobil mewah.
Mereka berjoget ria karena sudah kaya dari sana tetapi masih mendapatkan gaji “wah” dan fasilitas mewah dari Negara.
Mereka berjoget ria karena mereka sudah merdeka. Tidak masalah harga BBM naik setinggi langit. Tidak perduli dengan jatuhnya harga sawit. Tidak ada masalah beban dan biaya hidup yang semakin mencekik. Karena mereka sudah merdeka. Dapat bagian dari Kekayaan alam Nusantara kita.
Bedalah dengan kita rakyat jelata. Lahan negara begitu luas, tapi rumah juga masih menyewa. Air ada dimana-mana tapi untuk minum masih harus beli. Ikan yang melimpah tapi masih harus impor dari negeri tirai bambu.
Negara kita begitu kaya raya tapi untuk urusan kesehatan saja kita masih dipaksa gotong royong saling subsidi.
Jangan tanya kemana bagi hasil dari Freeport di Papua. Jangan kepo dengan bagi hasil tambang minyak dan gas yang tersebar di seluruh Nusantara. Jangan berani-berani ungkit kemana bagi hasil menyewakan jutaan hektar tanah negara ke para Cukong sawit.
Sudahlah. Jangan protes seperti judul lagu yang mereka jogetin *”OJOK BANDINGKE”* meski harga pangan naik, pajak naik, PHK dimana dimana, BBM naik, hutang naik, rupiah melemah, APBN disedot proyek bermasalah seperti IKN.
fimdalimunthe55@gmail.com