SURABAYAONLINE.CO- Pemerintah menekankan pentingnya hilirisasi sawit untuk meningkatkan nilai tambah ekspor, mengingat komoditas ini menjadi andalan ekspor Indonesia.
Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi mengatakan, saat ini komposisi ekspor minyak sawit Indonesia sebesar 76% sudah dalam bentuk olahan sawit
Dia memaparkan, hingga September 2021, total produksi sawit Indonesia mencapai 38,14 juta ton. Dari total produksi tersebut, ekspor sawit Indonesia sampai September 2021 mencapai 25,67 juta ton. Adapun komposisi ekspor dalam bentuk sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sampai September 2021 hanya sebesar 2,2 juta ton.
“Jadi ekspor dalam bentuk CPO kecil sekali. Sebagian 19,2 juta ton itu sudah dalam bentuk olahan CPO atau sudah dalam bentuk setengah jadi,” ujar Tofan Mahdi.
Menurut dia, hilirisasi dalam industri kelapa sawit sudah berjalan. Hal ini terbukti dari ekspor yang lebih mendominasi produk setengah jadi.
“Itu sudah sangat baik karena kita tidak lagi mengandalkan pada produk minyak sawit mentah. Ini yang kemudian menjadi bahan diskusi kita bersama pelaku usaha, apakah hilirisasi yang didorong terus oleh pemerintah ini akan sampai pada produk akhir? Kalau produk akhir kita harus bersaing dengan produsen yang sudah sangat menguasai pasar dunia,” ungkap Tofan Mahdi.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai hilirisasi produk kelapa sawit Indonesia belum terkembang. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo meminta agar fokus kebijakan pemerintah pada sektor ini adalah mengembangkan nilai tambah dari produk kelapa sawit melalui hilirisasi.
Menurut dia, selain meningkatkan pendapatan negara, hilirisasi juga meningkatkan kesejahteraan petani sawit dan pelaku sektor perkebunan kelapa sawit lain. Berdasarkan catatannya, jumlah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam sektor perkebunan ini sebagai petani sebanyak 4,2 juta orang. Sedangkan, sebanyak 12 juta tenaga kerja terlibat secara tidak langsung dengan produk kelapa sawit. (Windi)