SURABAYAONLINE.CO – Beberapa hari terakhir, China mengirim sejumlah jet tempur ke zona pertahanan wilayah Taiwan. Beberapa analis mengatakan penerbangan sejumlah jet militer China tersebut dapat dilihat sebagai peringatan kepada presiden Taiwan menjelang Hari Nasional pada Minggu (10/10).
Ketegangan militer antara China dengan Taiwan memang telah terjadi bertahun lamanya. Namun kali ini, konfrontasi militer lebih profokatif dari sebelumnya.
Amerika Serikat memperingatkan China bahwa tindakannya merusak perdamaian dan stabilitas regional. Ancaman dari AS tidak membuat China gentar, malah ketiga negara semakin bersitegang.
Setelah bertahan melawan tuntutan penyatuan dari penguasa komunis China selama lebih dari 70 tahun, Taiwan kini berada di jantung perselisihan yang semakin dalam antara China dan Amerika Serikat. Nasib Taiwan berpotensi membentuk kembali tatanan regional dan bahkan memicu kobaran api militer, disengaja atau tidak.
Danny Russel selaku mantan asisten Menteri Luar Negeri mengatakan, “Hanya ada sedikit isolasi yang tersisa dalam hubungan ketiga negara dan hal ini memiliki potensi bersitegang dan memicu kebakaran yang semakin meluas”, ujarnya Pada (10/10/21), dikutip dari New York Times.
Kekuatan militer China yang semakin kuat membuat penaklukan Taiwan bisa saja terjadi. Amerika Serikat ingin menggagalkan invasi China, tetapi dominasi militer AS di Asia semakin terkikis. Bahkan kesiapsiagaan militer Taiwan semakin layu.
Presiden China, Xi Jinping, sekarang memimpin China sebagai salah satu negara yang memiliki kekuatan militer terkuat. Beberapa berpendapat bahwa Xi Jinping sangat berambisi dalam menyiapkan panggung untuk masa jabatan ketiga di tahun 2022 melalui penaklukan Taiwan untuk memahkotai era kekuasaannya.
Xi Jinping pada Sabtu (09/10) mengatakan bahwa kemerdekaan Taiwan “adalah ancaman besar yang mengintai bagi kesatuan nasional.” China menginginkan penyatuan damai,“Tidak ada yang boleh meremehkan tekad yang teguh, kemauan yang kuat, dan kemampuan yang kuat dari orang-orang China untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial.”ujarnya
China sekarang bertindak dengan kepercayaan yang meningkat, sebagian karena banyak pejabat, termasuk Xi Jinping, berpandangan bahwa kekuatan Amerika telah goyah. Kegagalan Amerika Serikat dengan pandemi Covid-19 dan pergolakan politiknya telah memperkuat pandangan seperti itu.
Beberapa penasihat dan mantan perwira di China berpendapat bahwa Amerika Serikat tidak lagi memiliki keinginan untuk mengirim pasukan jika perang pecah di Taiwan. Bahkan jika perang terjadi, kekuatan militer China tetap lebih unggul.
Sementara itu, Amerika Serikat tetap percaya diri dapat menahan ambisi teritorial China. Namun, superioritas militer yang telah lama dipegang AS mungkin tidak cukup.
Selain itu, Joe Biden selaku Presiden Amerika Serikat telah melakukan dialog jauh-jauh hari dengan Xi Jinping. Joe Biden mengatakan, “Ayah saya dulu memberi tahu saya, satu-satunya hal yang lebih buruk daripada perang adalah perang yang tidak disengaja,” ujarnya kepada Xi Jinping, menurut Russel Mantan Ajudan Keamanan Nasional AS. (Vega)