Surabaya Online – Budidaya udang Vaname biasanya dilakukan di tambak yang luas dan jauh dari pemukiman warga. Oleh karena itu, modal untuk memulai budidaya cukup besar.
Kini, budidaya udang Vaname sudah bisa dilakukan di lahan yang sempit dan dekat dengan pemukiman warga, seperti di pekarangan rumah.
Anda dapat melakukan budidaya udang di pekarangan rumah dengan inovasi teknologi Microbubble yang terintegrasi dengan teknologi Recirculating Aquaculture System (RAS).
Kedua inovasi teknologi ini yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selain itu, kedua inovasi yang bisa diterapkan di lahan terbatas.
Microbubble dan RAS bisa digunakan untuk budidaya udang Vaname dengan kepadatan lebih dari 1.000 ekor/m3. Dengan kepadatan tersebut, udang tetap dapat berkembang dengan baik sehingga didapatkan udang yang berkualitas.
Ramah lingkungan, itu adalah salah satu kelebihan yang bisa didapatkan dari inovasi tersebut, pembudidaya tidak perlu melakukan pergantian air. Dengan begitu, tidak akan ada limbah perikanan yang berpotensi bisa mencemari lingkungan.
Selain itu, pembudidaya juga tidak perlu melakukan proses penyifonan atau proses pembuangan limbah berupa lumpur sisa pakan dan kotoran udang yang ada di dalam kolam.
Justru Inovasi teknologi ini akan memisahkan limbah melalui proses penyaringan fisik sehingga limbah tersebut bisa diambil untuk dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman, seperti dikutip dari BBPP Kupang.
Microbubble dan RAS sudah pernah diuji coba pada kolam budidaya udang Vaname dengan ukuran volume 49m3. Budidaya berlangsung selama 60 hari dan mampu menghasilkan udang vaname sebesar 14 gram/ekor dari awalnya hanya sebesar 0,5 gram. Ini menunjukkan berat yang normal
Modal yang dibutuhkan sekitar Rp20 juta. Pembudidaya sudah bisa mendapatkan kolam filter yang sudah dilengkapi dengan microbubble ultra intensif dan delapan kolam berbahan plastik yang kokoh dan berdiameter 3 meter.
Tiap kolam bisa menampung bibit udang Vaname sebanyak 12 ribu ekor. Perhitungan kasarnya, pembudidaya bisa mendapatkan pendapatan kotor sebanyak Rp9,6 juta (bergantung harga pasaran) selama satu periode budidaya.(jay)