SURABAYAONLINE.CO-Tempe goreng yang dibalut adonan tepung, atau dikenal dengan nama tempe mendoan, digemari juga oleh banyak warga Australia.
Akhir pekan kemarin, saat ABC Indonesia mengunjungi pasar bulanan bernama Veg Out St Kilda Farmer’s Market di Pantai St Kilda, salah satu dagangan yang ditawarkan adalah tempe.
Dengan mengambil lokasi di ujung sudut pasar, pasangan Sugeng dan Sinta Santoso mendirikan stan lengkap dengan kompor dan alat penggorengan.
Puluhan warga Australia mengantri untuk membeli tempe mendoan yang masih hangat dan pas untuk dinikmati dengan cuaca Melbourne yang sedang dingin pagi itu.
Dua di antara puluhan pembeli ini adalah Sue dan Clare Hedges, yang membeli sembilan buah tempe goreng untuk dibagikan kepada keluarganya di rumah.
“Kami suka sekali dan itulah mengapa kami mau datang pagi-pagi ke pasar ini untuk membelinya,” kata Clare kepada Natasya Salim dari ABC News.
Clare dan ibunya, Sue mengaku jika mereka adalah vegetarian dan menjadi salah satu alasannya untuk mengkonsumsi tempe karena kandungan protein yang tinggi.
“[Tempe] memiliki protein sehat yang mudah dicerna,” kata Sue, yang juga membeli tempe yang sudah dibumbui, sehingga membuatnya lebih mudah untuk memasaknya.
“Biasanya kami mencampur tempe dengan sayur-sayuran, karena tempe sifatnya mengenyangkan dan sebagai produk fermentasi rasanya enak.”
Protein alternatif pengganti daging
Kemudahan memasak tempe diakui oleh John dan Kee Ward, sepasang suami istri di Australia yang sudah mengonsumsi tempe selama 10 tahun.
Menurut John yang adalah peskatarian, atau vegetarian yang tetap mengkonsumsi daging ikan, tempe merupakan makanan pengganti daging merah yang sempurna.
“Menurut saya, makan terlalu banyak daging tidak baik untuk kesehatan tubuh dan kita harus mengurangi konsumsinya,” kata John.
Kee berasal dari Malaysia, tapi sudah lama tinggal di Australia. Ia mengaku suka membeli tempe cocok dihidangkan dengan banyak jenis lauk.
“Kami bisa memasak tempe dengan kari, atau menambahkan saus tomat, atau memasaknya dengan sayur-sayuran.”
Sayangnya, menurut John dan Kee, masih banyak warga Australia yang tidak mengonsumsi tempe.
“Menurut kami, masih banyak warga Australia yang tidak tahu tempe. Mungkin kalau mereka mencoba satu kali saja, mereka pasti suka.”
Tempe makin populer di Australia
Sebagai pembuat dan penjual tempe, Sinta Santoso pernah merasakan kesulitan menjual tempe, saat ia memulai bisnisnya 15 tahun lalu.
“Pertama kita buka sangat merepotkan karena orang selalu tanya tempe itu apa dan kita seharian mengulang terus, mengedukasi publik tentang bagaimana tempe dibuat, bedanya tempe dan tahu,” kata Sinta.
Menurut perempuan asal Malang ini, tempe juga diminati warga Australia karena semakin banyak orang menjadi vegetarian.
“Beberapa tahun terakhir jumlah vegetarian meningkat di Australia dan global. Tempe itu tepat sekali untuk menjadi sustainable food atau makanan berkelanjutan,” katanya.
“Karena tempe ‘natural’, tidak pakai bahan kimia dan difermentasi.”
Untuk rencanannya ke depan, perempuan yang sudah 37 tahun tinggal di Australia ini ingin membuat produk yang dijualnya lebih ramah lingkungan.
“Di Indonesia pembuat tempe menggunakan daun pisang, sedangkan di sini penggantinya plastik dan orang tidak senang karena tidak ramah lingkungan,” kata Sinta.
Menambah variasi makanan di Australia
Graham Chappell, warga Australia yang sudah belasan tahun mengkonsumsi tempe, merasa sudah saatnya makanan tradisional Indonesia ini lebih dikenal di Australia.
“Mereka [warga Australia] harus tahu lebih banyak tentang makanan Asia,” kata pria asal Sydney, yang istrinya berasal dari Indonesia itu.
Menurut Graham yang suka menambahkan bubuk cabai di hampir semua makanannya, variasi makanan di Australia sudah meningkat pesat dibandingkan dulu.
“Sejak orang-orang Yunani datang ke Australia, diikuti orang-orang dari China dan juga Indonesia, variasi makanan di sini semakin banyak,” katanya.
“Dan jumlah makanan yang berbumbu semakin banyak. Tidak seperti beberapa tahun lalu ketika makanan di Australia masih hambar.(ABC)