SURABAYAONLINE.CO-Suasana sepi kecuali suara napas saya saat saya memegang dengan gugup pada seutas tali, menjuntai pada ketinggian 60 meter (200 kaki), sebelum diturunkan perlahan ke gua yang gelap oleh seorang instruktur. Ini adalah pertama kalinya saya menjalani perjalanan vertikal, tetapi saya dengan aman dipasangi sabuk pengaman, dan ketegangan saya segera berubah menjadi takjub ketika saya mengamati dinding gua yang menjulang tinggi dan tertutup tanaman.
Tak lama, kakiku menyentuh tanah yang kokoh, dan aku dibebaskan dari harness-ku oleh pemandu Suharjono. Kelompok kami yang terdiri dari 20 turis bergumam penuh kegembiraan saat kami mendarat di gua yang masih alami di provinsi Yogyakarta di Indonesia ini, dilengkapi dengan sepatu bot, helm, dan lampu depan untuk membantu kami menegosiasikan medan yang gelap dan licin.
Gua Jomblang telah menjadi tujuan petualangan populer bagi orang Indonesia dan pengunjung asing ke wilayah di Jawa. Ruang utama gua adalah sekitar setengah lapangan sepak bola, dan ditumbuhi berbagai jenis lumut, pakis, semak dan pohon.
Suharjono mengatakan gua itu terbentuk dari sebuah doline, atau lubang pembuangan, yang muncul ribuan tahun yang lalu di lantai hutan dan membawa lapisan tanah bersama dengan vegetasi yang runtuh. Sinkhole memiliki bibir selebar 50 meter. Vegetasi terus berkembang.
“Tanaman-tanaman itu disebut hutan kuno, karena spesies tanaman di sini tidak lagi ditemukan di tempat lain di luar gua,” kata Suharjono.
“Misalnya ada tanaman seperti cabai di sini, yang ketika dimakan rasanya manis,” katanya, seraya menambahkan bahwa tanaman itu belum bernama.
Gua Jomblang adalah salah satu dari ribuan gua di perbukitan karst Gunung Sewu (Seribu Pegunungan), di kawasan berhutan di pantai Gunungkidul, sebuah kabupaten di provinsi Yogyakarta.
Di dalam gua itu gelap dan lembab. Pemandu mengundang kita untuk berjalan di sepanjang 300 meter lorong yang hanya diterangi oleh obor kepala kita, ke gua lain, Grubug.
Tanahnya berlumpur dan licin karena kelembaban dan hujan baru-baru ini, jadi kami berpegangan pada tali yang membentang di sepanjang dinding lorong, berhenti sesekali untuk mengagumi stalagmit dan stalaktit yang indah.
Ketika kami tiba di gua Grubug, kami mendengar suara gemuruh sungai bawah tanah. Sinar sinar matahari vertikal yang terang menembus kegelapan. Disebut “cahaya surga”, sinar masuk melalui lubang besar di langit-langit gua dan menembus sampai ke dasarnya.
Cahaya hanya muncul selama satu hingga dua jam di siang hari, dari jam 11 pagi hingga jam 1 siang, dan menarik pengunjung yang datang untuk mengambil foto siluet yang dibuatnya.
Manajer gua Jomblang, Budianto, mengatakan selain dari Instagramer dan pencari petualangan, gua juga menarik peneliti Indonesia yang tertarik pada keanekaragaman hayati.
“Kami ingin melestarikan gua ini dan hutan purba, sehingga tidak banyak wisatawan yang diizinkan masuk ke gua setiap hari,” kata Budianto. Pengunjung dibatasi hingga maksimal 80 orang per hari, dan jika sedang musim sepi, sedikitnya 20 orang per hari dapat berkunjung.
Sebelum menjelajahi gua, wisatawan dapat menunggu di paviliun yang dikelilingi oleh taman-taman yang dipenuhi bunga dan pohon kelapa. Setelah itu, pengelola gua memberi mereka nasi dan lauk tempe, ayam, dan sambal.
Sejak daerah Gunung Sewu diberi status Unesco Global Geopark pada 2015, gua Jomblang telah menjadi puncak geopark. Tetapi geopark juga menawarkan wisata petualangan lainnya, seperti “cave caveing”, di mana para tamu memasang ban untuk menyusuri sungai bawah tanah di gua Pindul dan Kalisuci.
Karena peraturan yang ketat, gua-gua tetap murni dan damai, kata Budianto. “Wisata gua telah menjadi sumber pendapatan masyarakat, oleh karena itu kita harus terus memastikan gua tidak dirusak oleh wisatawan yang datang untuk melihatnya.”
Perjalanan ke Gua Jomblang
Jika Anda dan rombongan memiliki peralatan sendiri, Anda dapat memasuki gua Jomblang tanpa membayar. Namun, jika Anda perlu menyewa peralatan dan menyewa pemandu, biaya kunjungan berkisar antara 450.000 rupiah hingga 1 juta rupiah (US $ 33-73) per orang, tergantung pada kebutuhan Anda.
Gua Jomblang berjarak sekitar 60 km (1,5 jam) dari pusat kota Yogyakarta dan dapat dicapai dengan sepeda motor atau mobil. Gua (goa-jomblang.com) buka setiap hari dari jam 8 pagi sampai 2 siang, dan waktu terbaik untuk melihatnya adalah sore hari. Beberapa operator tur menyediakan paket wisata ke gua, termasuk Maioloo Tour.(*)