SURABAYAONLINE.CO-Sebagai petugas keamanan di kawasan kepulauan sangat berbeda dengan mereka yang mengemban tugas di kawasan daratan. Di kepulauan raga seolah terpenjara. Pulau kecil yang dipijak diapit dengan lautan luas yang tak bertepi. Untuk melangkah ke tempat lain hanya mengandalkan tumpangan perahu nelayan yang akan berangkat melaut atau berjualan ikan hasil tangkapan.
“Bertugas di kawasan kepualaun banyak romantikanya,” kata Bripka Suherman anggota Babinkamtibmas Polsek Liukang Tangaya yang ditugaskan di Desa Sabalana juga lima pulau lainnya diantaranya Pulau Matalaang, Sanane, Makarangana, Lilikang, Pammolikang.
Tantangan sebagai petugas di kepualauan sangat kompleks. Mulai dari secara geografis jarak antara satu pulau dengan pulau lain cukup jauh, kondisi laut yang tak menentu, serta tidak semua pulau sudah teraliri jaringan telpon seluler bahkan tidak ada listrik kecuali mengandalkan diesel atau panel surya yang sangat terbatas kemampuannya.
“Dari kendala tersebut harus pandai-pandai mencari cara agar pelaksanaan tugas berjalan lancer dan aman,” kata Suherman yang ikut terlibat dalam pengamanan saat Rumah Sakit Ksatria Airlangga (RSTKA) ketika memberikan pelayanan kesehatan di kawasan Pangkep.
Tokoh Masyarakat
Suherman yang sudah 10 tahun lebih bertugas di kawasan kepulauan menjelaskan pola yang diterapkan untuk menjaga Kamtibmas yang paling efektif yakni dengan menggunakan pendekatan personal pada tokoh masyarakat setempat. Tujuannya kalau terjadi sesuatu di desa atau pulau orang kepercayaan tersebut bisa membantu meredakan persoalan agar tak berkembang meluas. “Pola tersebut sangat efektif. Posisi saya yang selalu mobile dari satu pula ke pulau lain kalau tidak dibantu orang setempat bakal sulit,” kata Suherman sambil jelaskan kalau hendak menuju satu pulau ke pulau yang menjadi tanggungjawabnya membutuhkan waktu minimal 2 jam bahkan pulau yang terjauh sampai ada yang 4 jam perjalanan laut.
Lelaki asal Makassar tersebut mengungkapkan untuk bisa menyatu dengan masyarakat juga dibutuhkan pendekatan dari hati ke hati. Jangan sok dan tidak selalu memposisikan diri sebagai petugas tetapi justru menempatkan sebagai seorang teman.
Dengan cara yang diterapkan tersebut tidak heran hampir semua warga kepualauan yang menjadi daerah “jajahannya” sudah menganggap dirinya bagai keluarga sendiri. “Saking percayanya sampai persoalan pribadi pun bisasannya mereka curhatnya pada saya,” papar Suherman sambil tersenyum bangga.
Bahkan, ketika pas jadwal libur pulang di Makassar biasannya para nelayan kepulauan yang bertepatan berada di pelabuhan Makassar untuk menjual hasil tangkapan hampir pasti menghubungi dirinya memberikan ikan segar untuk dimasak di rumah. “Jadi kalau saya pas di rumah hampir setiap hari dapat pemberian ikan dari nelayan,” cerita Herman dengan bangga.
Karena dirinya memiliki tanggungjawab mengamankan enam pulau maka biasannya masing-masing pulau disambangi sehari atau dua hari secara bergantian tergantung keadaan cuaca serta keberadaan perahu nelayan yang akan ditumpangi sebagai transportasi.
Karena hubungannya yang begitu dekat begitu dirinya sampai turun dari perahu di dermaga warga dengan ramah saling menyapa sekaligus menawari tinggal menginap di rumahnya masing-masing. “kalau soal tempat menginap apalagi makan saya tidak kesulitan bahkan sebaliknya malah kekenyangan,” katanya Suherman menyebut salah satu sukanya tinggal di kepulauan.
Selain itu bagi anggota kepolisian yang ada kepulauan dalam kasus-kasus tertentu tidak bisa menerapkan penegakan hukum secara kaku tetapi justru dalam hal-hal tertentu dituntut bijak dalam menyelesaikan persoalan. “Jadi ngak bisa melulu dengan tindakan kepolisian. Kalau ada masalah sumir misal konflik pribadi antar warga dia tidak serta merta membawa persoalan tersebut ke ranah hukum. Jika dengan pedekakatan personal sudah cukup, ya cukup sampai disitu saja tidak usah dilanjutkan,” imbuh Suherman yang sebelum bertugas di Pangkep pernah bertugas sebagai penyidik di Polres Polewali Mandar tersebut.
Tidak hanya suka tetapi di saat-saat tertentu petugas Babinkamtibmas di kawasan kepulauan juga banyak ada dukanya. Salah satunya jarak yang jauh membuat dirinya tidak selalu berada di rumah ketika keluarga membutuhkan.
Rindu Anak
Ia pernah punya pengalaman, ketika pas lebaran tiba dirinya tak bisa pulang karena harus tetap berjaga di kepualauan. Batinnya begitu menyentak ketika ia mendengar suara takbiran dari masjid tempat dia berada. “Rasanya dada ini mendadak sesak terkena bola yang ditendang Ronaldo,” kata Suherman berseloroh.
Bapak dua orang anak yang beristrikan seorang guru di Makassar tersebut kadang merasakan di tengah suara deburan ombak di tengah malam yang gelap kadang rasa kangen anak istri mendadak menyergap. Kalau rasa seperti itu muncul yang bisa ia lakukan cuma telpon sebagai pelepas rindu.
Namun setahun belakangan ini sejak adanya sambungan telepon seluler masuk ke beberapa pulau menjadi jauh lebih lumayan. Dulu selama sembilan tahun lamanya sebelum ada sambungan telpon dirinya seolah terputus dengan dunia luar.
Ketika sudah berada di pulau ia sama sekali tak bisa berkomunikasi dengan siapapaun termasuk dengan keluarga. Jika ingin mengetahui kabar keluarga biasannya dia minta tolong para nelayan yang akan menjual hasil tangkapan ke Makassar. Caranya, dia memberikan ponsel miliknya ke nelayan. Nanti begitu sampai Makassar nelayan tersebut menghubungi istrinya menggunakan ponsel miliknya tersebut. Setelah kembali ke pulau nelayan akan memberitahu hasil percakapan dengan keluarganya di rumah. “Jadi, tidak bisa banyak omong cuma sekedar menanyakan kabar saja. Pokoknya dulu merana sekali kami yang ada di kepulauan ini,” cerita Suherman yang peramah tersebut sambil tertawa lebar.
Itu belum lagi kalau pas pada bulan tertentu dimana ombak laut mulai besar. Jika pas laut tidak bersahabat mau tidak mau harus menunda kepulangan demi keselamatan.
Kendati demikian ia merasa bersyukur dan bangga ditempatkan sebagai petugas di kawasan kepulauan. Selain sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat, hubungan kekerabatan dengan warga kepulauan sudah terjalin erat bagai saudara. (HABIS/Gandhi Wasono M)