SURABAYAONLINE.CO — Film pendek berjudul “JAGRAK”, karya mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Ciputra, resmi menyelesaikan proses produksi pada tanggal 12–13 April 2025. Film ini merupakan hasil tugas akhir dari mata kuliah Film Production, yang tidak hanya menjadi sarana pembuktian teknis mahasiswa, tetapi juga menyampaikan narasi menyentuh tentang cinta, pengorbanan, dan masa lalu yang membayangi masa depan.
Premis Cerita
JAGRAK mengikuti kisah Galang, seorang pria muda yang harus menjalani hidup ganda sebagai pekerja seks demi membiayai kebutuhan medis adiknya yang masih kecil, Gita. Di balik jas yang ia kenakan untuk “bekerja” malam hari, tersimpan luka lama, trauma masa kecil, dan tanggung jawab besar yang ia tanggung sendiri. Cerita bergulir dari ruang-ruang intim dalam hidup Galang. Kost, rumah, jalanan, hingga klinik dan membawa penonton menyelami relasi emosional antara kakak dan adik, yang dilandasi oleh rasa sayang dan kepedihan akan masa lalu.
Proses Produksi dan Harapan Tayang
Film ini diproduksi oleh Lawan Arus Production, dengan penulisan naskah oleh Tiffanny Odelia H dan Schatzi Lovina R.A., yang juga bertindak sebagai sutradara. Proses produksi berlangsung selama dua hari intensif di lokasi sekitar Surabaya, dengan dukungan penuh dari mahasiswa lintas angkatan dan divisi produksi yang terlibat langsung sejak pra-produksi hingga syuting. Film ini direncanakan akan melakukan penayangan perdana pada pertengahan tahun 2025 dalam agenda screening internal dan festival film kampus yang akan datang.
Director’s Treatment oleh Schatzi Lovina
Dalam director’s treatment-nya, Schatzi menjelaskan bahwa JAGRAK digarap dengan pendekatan visual yang realistis namun intim. Warna-warna kusam dan pencahayaan remang digunakan untuk merepresentasikan tekanan hidup dan ruang batin karakter utama. “Saya ingin membangun dunia Galang sebagai ruang yang terasa sempit, berat, dan penuh ketegangan. Tapi justru di tengah gelap itu, kita menemukan cahaya kecil: cinta Galang kepada adiknya,” tutur Schatzi.
JAGRAK dalam konteks film ini bukan hanya benda, tetapi simbol dari beban yang ditopang Galang setiap hari. Diam, kokoh, tidak bergeser, seperti perannya dalam menjaga Gita dan menghadapi masa lalu yang tak pernah benar-benar hilang.”Dengan pendekatan naratif yang emosional dan teknis penyutradaraan yang penuh nuansa, JAGRAK diharapkan mampu menyentuh hati penonton dan membuka percakapan tentang. (AS)