Oleh: Ferdy Ferdian Syahbani (Ahli Kopi)
SURABAYAONLINE.CO – Apapun yang terlihat menarik, bisa menjadi sebuah obyek untuk dipikirkan peluangnya agar dapat mendatangkan manfaat. Seperti kopi yang beberapa tahun belakangan ini telah menjadi salah satu obyek bisnis yang dapat terlihat dengan merebaknya menjadi aktivitas perkopian hingga ke penjuru nusantara, bisa dikatakan mulai dari hulu sampai ke hilir.
Pada kesempatan ini, kita akan mencoba membicarakan obyek kopi di bagian hilir yakni tentang pengelolaan bisnis sebuah kedai kopi independen (bukan chain store atau franchise).
Beberapa pertimbangan dimulai dari ketersediaan energi yakni besaran modal yang akan digunakan, tentu saja dengan semakin besarnya modal maka semakin leluasa dalam perancangannya. Maka akan menjadi lebih menarik jika kita merancang pada kondisi energi yang dianggap tidak besar. Kita anggap hal ini sebagai sebuah tantangan pengelolaan untuk memulai sebuah rencana bisnis kedai kopi independen.
Faktor pertama kita mulai dari lokasi, karena hal ini berkaitan dengan anggaran yang nilai persentase energinya tergolong besar, mengingat harga sewa atas area yang bukan kita miliki menjadi faktor utama untuk dipenuhi, bisa juga dengan menggunakan aset lokasi sendiri untuk mereduksi anggaran (yang sebenarnya nilainya juga menjadi pertimbangan dalam perhitungan harga pokok produksi), yang tentunya mempertimbangkan faktor lingkungan seperti penerimaan tetangga sekitar rumah pribadi yang dipakai usaha, ketersediaan lahan parkir yang cukup mewakili dan jam operasional yang disepakati lingkungan.
Faktor kedua adalah konsep menu kopinya karena berkaitan dengan peralatan yang digunakan (tentu saja juga berkaitan dengan ketersediaan anggaran), misalnya menggunakan alat manual brew saja atau alat elektrik (mesin espresso dll) saja atau keduanya digunakan untuk melengkapi menu kopinya, mengingat penggunaan alat elektrik (mesin espresso dll) membutuhkan daya listrik yang relatif besar (pertimbangannya kembali pada energi yang berkaitan dengan harga pokok produksi dan anggaran rancangan biaya pembelian alat yang dibutuhkan).
Faktor ketiga adalah SDMnya, apakah kita sendiri di awal yang menjalankan sepenuhnya, atau ditambah dengan karyawan atau karyawan sepenuhnya yang menjalankan kedai kopinya. Kembali lagi pada pertimbangan biaya dan kondisi yang memungkinkan dalam operasional kedai kopinya.
Faktor keempat adalah bagaimana kita merancang tampilan venue kedai kopi kita agar dapat memiliki Unique Selling Point tersendiri, yang dapat menarik perhatian dan kenyamanan pelanggan. Mengingat saat ini bagi sebagian pelanggan gemar berfoto baik secara swafoto atau untuk menjadikan konten di sosial medianya. Selain itu ketersediaan menu baik minuman atau makanan (ringan atau berat) terutama pada tujuan untuk melengkapi kebutuhan pelanggan juga cukup menjadi pertimbangan kunjungan pelanggan. Apalagi jika kedai kopi kita memiliki menu otentik baik pada minuman atau makanannya.
Faktor kelima bisa dikatakan sebagai strategi bisnis secara umum, bagaimana kita melakukan aktivitas marketing, branding, promotion dan selling untuk mencapai tujuan bisnis kedai kopi kita. Ada 3 nasihat dari beberapa pendahulu kita yang berkaitan dengan bisnis food and beverage yang sangat sederhana, yang rasanya masih tetap relevan dalam operasional kedai kopi kita juga. Yang pertama rasanya harus enak, yang kedua harganya layak dan yang ketiga pelayanannya harus baik. Apalagi zaman sekarang banyak sekali dukungan dari internet yang jika digunakan dengan baik akan mempercepat pertumbuhan bisnis kita. Atau jika kita merasa kurang menguasai perihal bisnis kedai kopi maka tidak ada salahnya jika kita datang untuk berkonsultasi kepada orang yang menguasai perihal ini, dengan harapan dapat membantu tercapainya tujuan bisnis kedai kopi kita. Semoga semakin maju industri perkopian di Indonesia.