SURABAYAONLINE.CO, Surabaya – Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Usman Kansong mengadakan KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) Festival 2023, di Balai Pemuda Surabaya, pada Jum’at (27/10). Ajang tersebut mengenalkan dan memamerkan inovasinya dari tanggal 27-30 Oktober 2023.
Ketua KIM Kraton Kidul Zaenal Muhibbin mengungkapkan pihaknya sering mengikuti acara KIM baik tingkat daerah maupun nasional. Namun, tahun ini merupakan pertama kalinya KIM dilombakan. Untuk menunjukkan kepiawaiannya, Zaenal dan rekan-rekannya membawa produk-produk unggulan KIM, khususnya kain dan baju batik Pekalongan, untuk memenuhi booth mereka.
Selain tampilan fisik, Zaenal juga menyiapkan materi presentasi untuk meyakinkan juri tentang karya luar biasa yang telah mereka capai. Perpaduan produk dan materi presentasi yang komprehensif tentu akan meninggalkan kesan mendalam bagi para juri.
Zaenal dan timnya mendorong kreativitas dan semangat mereka untuk memenangkan kejuaraan. Mereka memahami bahwa kesuksesan mereka tidak hanya terletak pada meraih kemenangan tetapi juga dalam menjadikan platform KIM (Manajemen Pengetahuan dan Inovasi) mereka terkenal dan diakui.
Mereka bertujuan untuk menunjukkan kemampuan platform mereka dan menyoroti manfaatnya kepada khalayak yang lebih luas, termasuk pemerintah pusat. Dengan melakukan hal ini, mereka berharap dapat memperluas jaringan mereka dan mendapatkan dukungan dari pemangku kepentingan utama di tingkat pemerintah. Zaenal percaya bahwa pengakuan dan perluasan jaringan ini akan membuka pintu bagi peluang dan kolaborasi baru, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap pertumbuhan dan kesuksesan platform KIM mereka.
“Targetnya bukan penjualan, tapi saya ingin kami bisa terhubung dengan (pemerintah) pusat,” ungkapnya, saat wawancara usai pembukaan.
Perjalanan memajukan KIM tidaklah mudah, sebagaimana diakui oleh pendirinya. Sebagai organisasi nirlaba, menarik anggota terbukti menjadi tugas yang menantang. Pada tahap awal pembentukannya, dari 30 orang yang dibina Kementerian Komunikasi dan Informatika, satu per satu mengundurkan diri sehingga hanya menyisakan 17 orang yang berdedikasi.
Namun, meski mengalami kemunduran, komitmen KIM dalam melayani masyarakat perlahan mendapat dukungan. Hasilnya, jumlah anggota kembali bertambah hingga mencapai total 42 orang, termasuk partisipasi dari UMKM yang telah menyadari betapa berharganya kerja sama dengan KIM.
“Memang memahamkan aktivitas KIM butuh waktu lama. Sehingga kita rumuskan, KIM kami punya dua target, yakni sholeh spiritual dan sosial. Kami mengajarkan mereka untuk memfilter, memilah pilih, memberi informasi yang dibutuhkan, untuk peningkatan hidup masyarakat, termasuk UMKM,” jelasnya.
Direktur Jenderal IKP Usman Kansong menyoroti dua tantangan yang dihadapi di era teknologi digital. Pertama, teknologi digital memberikan peluang komunikasi tanpa batas, memungkinkan orang terhubung dengan cepat dan mudah dengan orang lain tanpa memandang waktu dan lokasi. Ini telah merevolusi cara kita berinteraksi dan berbagi informasi.
Namun di sisi lain, teknologi juga menghadirkan permasalahan yang memprihatinkan. Ada oknum yang menyalahgunakan platform media sosial untuk menyebarkan hoaks dan disinformasi. Penyalahgunaan teknologi ini menimbulkan ancaman bagi masyarakat karena dapat menimbulkan misinformasi dan kebingungan. Pernyataan Direktur Jenderal tersebut menekankan perlunya penggunaan teknologi digital secara bertanggung jawab dan pentingnya memerangi berita palsu dan disinformasi.
“Dari dua wajah teknologi, KIM memegang peranan penting. Dalam hal kebaikan teknologi, KIM harus menyampaikan informasi yang benar, dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat. Salah satu nilai penting KIM, mereka berdiskusi dalam kesetaraan karena namanya komunitas. Selain itu juga bottom up,” katanya.
Disis lain, media sosial juga memiliki sisi negatif. Kemudahan akses dan penyebaran informasi di platform media sosial dapat memicu penyebaran konten palsu atau menyesatkan. Usman mencontohkan kejadian baru-baru ini yang melibatkan beredarnya disinformasi mengenai pidato Presiden Jokowi dalam bahasa Mandarin. Kasus ini menunjukkan potensi kerugian yang dapat timbul dari sisi negatif media sosial, dan menyoroti perlunya KIM untuk menavigasi lanskap kompleks ini secara efektif.
“Ini kalau tidak kritis maka akan menganggap itu benar,” ungkapnya.