SURABAYAONLINE.CO, Surabaya – Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Jawa Timur (KPw BI Jatim) menggelar Bincang Bareng Media (BBM) membahas soal perkembangan perekonomian global khususnya nasional dan Jatim.
Kepala KPw BI Jatim Doddy Zulverdi mengatakan, acara ini membahas perkembangan ekonomi global masih banyak tantangan. Karena banyak perang dan dampak lanjutan dari Covid-19.
“Seperti kita ketahui ketika Covid-19 banyak yang masih belum normal. Misalnya pengiriman makanan dan lainnya antarnegara dan intra negara. Ketidakpastian ini menahan untuk kepentingan domestik saja. Namum beberapa hal positif juga masih terlihat dengan dibukanya di event Cina meski tidak optimal,” kata mantan kepala BI Sumut.
Di Jatim sendiri, pertumbuhan masih bagus karena konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah. Diakui Dody memang belum optimal tapi dari sisi permintaan ekspor agak melambat terutama di triwulan 1 tumbuh kurang dari 5 persen. “PR kita bagaimana menjaga masyarakat terkait konsumsinya dan investasi sehingga perekonomian masih berputar,” katanya.
“Pertumbuhan triwulan II diharapkan masih lebih baik. Terutama yang kita lihat tingkat keyakinan konsumen yang masih membaik, manufaktur masih cukup tinggi, penjualan dan pertanian masih naik sehkngga punya harapan pertumbuhan masih lebih baik dari triwulan I,” imbuhnya.
Doddy menyebut, keyakinan tersebut dipicu oleh faktor pencabutan kebijakan PPKM, mobilitas pengusaha cukup baik. Apalagi setelah ini ada Idul Adha, banyak kebutuhan tentunya makin produktif.
“Tapi harus ada mitigasi. Seperti kelangkaan pasokan yang belum terpenuhi karena itu rantainya harus kita jaga. Terutama masuk tahun politik dan kondisi global yang berdampak pada faktor resiko. Ini yang harus kita jaga,” tandasnya.
Per April 2023 dampak global terasa di Jatim, data ekspor menunjukkan negatif karena permintaan global dan negara mitra masih lemah permintaan. “Sementara dalam negeri libur panjang jam operasional berkurang tapi bukan dampak permanen impact triwulan itu terasa. Ini yang perlu kita antisipasi. Tapi inflasi terus kami perkirakan terus melandai,” terangnya.
Trend positif juga dirasa pada penggunaan uang digital. Data menunjukkan pengguna QRIS naik 28 persen di Jatim menjadi 685 ribu. “Kami berharap pengguna QRIS baru makin bertambah. Kita dorong itu agar banyak yang menggunakan uang digital. Kita kejar penggunaan QRIS di instansi pemerintah, pusat perbelanjaan, dan lainnya,” ujarnya.(*)