SURABAYAONLINE.CO- Ketegangan diantara Rusia dan Ukraina yang disokong oleh Amerika Serikat kembali memanas setelah Ukraina mengatakan bahwa Rusia sudah mengumpulkan lebih dari 90.000 tentara di wilayah perbatasan. Tetapi Rusia membantah sedang mempersiapkan serangan ke Ukraina. Sebaliknya, Rusia justru menuding Ukraina sedang membangun militernya sendiri.
Mengutip dari laporan BBC, ketegangan antara Rusia dan Ukraina memang sedang meningkat, terlebih ketika Rusia mengatakan telah menangkap tiga tersangka agen rahasia keamanan Ukraina pada Kamis lalu.
Rusia menuduh satu di antara tiga tersangka itu akan merencanakan serangan teroris, sedangkan dua orang lainnya berusaha mengumpulkan informasi intelijen. Hal itu disampaikan Dinas Keamanan Federal Rusia.
Akan tetapi, Rusia menyanggah pernyataan tersebut dengan menuding Ukraina dan Amerika Serikat Cs mengarang cerita untuk menutupi rencana mereka yang diduga akan bertindak agresif.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken, Kamis (2/12/21) memperingatkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tentang “konsekuensi serius” jika Rusia menginvasi negara tetangganya Ukraina dan minta diupayakan solusi diplomatik atas konflik di antara negara-negara Eropa Timur.
Peringatan Blinken kepada Sergei Lavrov itu disampaikan setelah dua diplomat senior itu bertemu di Stockholm dan satu hari setelah Blinken menyatakan AS akan “menanggapi dengan tegas” serangan Rusia terhadap Ukraina, “termasuk serangkaian tindakan ekonomi berdampak tinggi yang telah kami hindari penggunaannya pada masa lalu.”
Sebelum pertemuan itu, Blinken mengatakan AS akan membantu Rusia dan Ukraina memenuhi kewajiban mereka berdasarkan perjanjian damai tahun 2014 yang bertujuan untuk mengakhiri perang antara separatis pro-Rusia dan pasukan pemerintah Ukraina di bagian timur bekas Republik Soviet itu.
Namun “jika Rusia memutuskan untuk melakukan konfrontasi, akan ada konsekuensi yang serius,” ujar Blinken.
Sementara itu, Lavrov memperingati Blinken terkait ekspansi NATO yang dianggap mengganggu keamanan serta membahayakan bagi Rusia.
Menteri Luar Negeri Rusia tersebut menuduh bahwa Barat “bermain dengan api” ketika berpendapat bahwa Rusia tidak memiliki suara dalam rencana ekspansi NATO.
“Saya ingin membuatnya sangat jelas, mengubah tetangga kita menjadi jembatan untuk konfrontasi dengan Rusia, pengerahan pasukan NATO di wilayah yang secara strategis penting bagi keamanan kita sama sekali tidak dapat diterima,” imbuh Lavrov.
Lavrov juga menindaklanjuti seruan dari Vladimir Putin untuk pengaturan keamanan baru sebagai jaminan keamanan jangka panjang serta mengikat secara hukum untuk mencegah dari tindakan tergelincir yang bersifat konfrontatif. (Vega)