SURABAYAONLINE.CO – Ketika melintasi jalanan Surabaya kamu pasti sering bangett kan melihat tanaman yang disusun berderet dipagar pembatas jalan. Yupp, tanaman itu adalah lidah mertua atau sansevieria. Banyak yang mengira tanaman itu hanya dijadikan sebagai penghias jalan, karena hampir semua jalan Surabaya dihias dengan lidah mertua.
Untuk saat ini, menurut Pemkot Surabaya, tanaman lidah mertua sudah ditanam lebih dari 25.000 kaleng pot di tepi jalan raya. Seperti di Jalan Wali Kota Mustajab depan Grand City hingga Jalan Gubeng Pojok, tanaman lidah mertua tumbuh sangat subur dan indah. Begitu juga jalan-jalan besar dan sering terjadi kemacetan banyak ditanami tumbuhan ini.
Tanaman lidah mertua ini uniknya ditanam menggunakan kaleng bekas cat yang dihias cat warna-warni, sehingga terlihat lebih menarik dan ramah lingkungan. Pot kaleng itu dijamin tidak akan jatuh karena sudah dibaut atau disekrup dengan plat logam dan nempel dengan pagar.
Apa sihh sebenarnya manfaat dari tumbuhan lidah mertua itu?
Yang pertama adalah karena lidah mertua merupakan pembersih udara alami terbaik daripada kebanyakan tanaman lainnya, sehingga menjadi pilihan yang sangat baik untuk pecinta tanaman hias serta untuk kesehatan. Sebuah studi mengklaim bahwa polusi udara sangat mematikan apabila terus-terusan terhirup oleh manusia. Maka dari itu, lidah mertua yang bisa tumbuh dengan baik ini bisa mengubah polusi jalanan dengan udara baru yang bersih, selain itu tanaman ini juga dapat mentolerir sinar matahari langsung, jadi tidak mudah mati.
Kedua adalah karena lidah mertua sebagai pemasok oksigen yang melimpah, sebuah laporan teoritis yang diterbitkan di Universitas Harvard menunjukan bahwa lidah mertua secara efisien menyerap racun dan melepaskan oksigen ke lingkungan.
Ketiga, lidah mertua sebagai penyerap kabon dioksida di malam hari. Lidah mertua juga mampu mengurangi karbon dioksida (CO2) bahkan di malam hari. Hal ini disebabkan oleh Crassulacean Acid Metabolism (CAM). CAM memiliki kemampuan untuk melakukan jenis fotosintesis tertentu yang biasanya dilakukan oleh tanaman yang toleran kekeringan, iklim kering dan tanaman sukulen. Mereka membuka stomata pada malam hari untuk meminimalkan kehilangan air dalam kondisi iklim panas. (Windi)