SURABAYAONLINE.CO – Dokter mengatakan bahwa meskipun tingkat pemulihan yang menggembirakan bagi banyak pasien Covid-positif di India. Namun ada beberapa efek samping dari penyakit tersebut, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang.
Faktanya, sebuah studi baru-baru ini oleh jurnal Oxford mengungkapkan hampir 50 persen orang yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 parah, telah menunjukkan bukti kerusakan jantung berbulan-bulan setelah pulih dari penyakitnya.
Oleh karena itu, menjadi penting bagi pasien untuk memeriksakan jantungnya setelah melakukan pemulihan. Dr Ravi Kumar, konsultan senior dan pimpinan klinis, Gagal Jantung dan Transplantasi, MGM Healthcare, kepada indianexpress mengungkapkan.
Menurut Dr Ravi, infeksi COVID-19 memicu peradangan pada tubuh yang dapat menyebabkan melemahnya otot jantung. Serta terjadinya kelainan irama jantung, bahkan menyebabkan pembentukan gumpalan di pembuluh darah.
Virus dapat langsung menyerang sel reseptor, yang dikenal sebagai reseptor ACE2, di dalam jaringan miokard dan menyebabkan kerusakan virus secara langsung.
Komplikasi ini – seperti miokarditis – radang otot jantung, dapat menyebabkan peningkatan gagal jantung dari waktu ke waktu. Bagi orang dengan penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya.
“Hal ini dapat menyebabkan berkembangnya masalah atau munculnya penyakit jantung yang berbeda,” jelasnya Dr Ravi.
Gagal jantung
Dr Ravi Kumar mengatakan bahwa gagal jantung terjadi ketika “otot jantung tidak memompa darah sebagaimana mestinya”.
“Kondisi tertentu – seperti penyempitan arteri di jantung Anda (penyakit arteri koroner) atau tekanan darah tinggi – secara bertahap membuat jantung Anda lemah atau kaku untuk mengisi dan memompa secara efisien,” jelasnya
Menurut Dr Ravi Kumar, ini adalah kondisi kronis dan semakin parah. Pengobatan dan terapi dapat membantu pasien hidup lebih lama dan lebih baik dengannya. Gagal jantung bisa berakibat fatal tergantung pada tingkat keparahannya.
Dokter menyarankan bahwa untuk pasien yang baru saja mengalami nyeri dada pasca-COVID-19, atau memiliki penyakit jantung ringan sebelum terinfeksi, menjalani pemeriksa lebih mendalam, untuk membantu.
“Tes dapat menunjukkan apakah virus telah menyebabkan kerusakan permanen pada otot jantung. Ini disarankan bahkan untuk orang yang hanya mengalami gejala COVID-19 ringan,” ungkapnya.
Lebih jauh Dr Ravi Kumar menyatakan beberapa pasien mengalami kelemahan otot jantung kronis, pembesaran jantung, dan fraksi ejeksi jantung rendah setelah terkena virus – suatu kondisi yang disebut ‘kardiomiopati dilatasi’ (dilated cardiomyopathy).
Cardiomyopathy diketahui memburuk setelah penyakit seperti Covid. Ini dapat menyebabkan gagal jantung.
Perawatan
Pada tahap awal gagal jantung, pengobatan dapat membantu mengelola kondisi, jika gagal jantung lanjut. Pilihan pengobatan seperti prosedur LVAD atau transplantasi jantung bersama dengan terapi, diperlukan.
“LVAD (alat bantu ventrikel kiri) membantu ventrikel kiri (ruang pompa utama jantung) memompa darah ke seluruh tubuh. Ini adalah pilihan yang layak dan aman untuk pengelolaan kondisi tersebut,” ungkap Dr Ravi Kumar merekomendasikan.
Berikut tanda-tanda, gejala gagal jantung:
- Sesak napas
- Kelelahan dan kelemahan
- Pembengkakan pada tungkai, pergelangan kaki dan telapak kaki
- Detak jantung cepat atau tidak teratur
- Berkurangnya kemampuan untuk berolahraga
- Batuk terus menerus
- Meningkatnya kebutuhan untuk buang air kecil
- Pertambahan berat badan yang sangat cepat dari retensi cairan
- Kurang nafsu makan dan mual
Meskipun tanda dan gejala ini mungkin disebabkan oleh gagal jantung, ada banyak kemungkinan penyebab lainnya. Termasuk kondisi jantung yang mengancam jiwa lainnya.
Oleh karena itu disarankan untuk tidak mendiagnosis diri sendiri dan lebih baik segera mengunjungi dokter. Mereka dapat menstabilkan kondisi Anda dan menentukan apakah gejala Anda disebabkan oleh gagal jantung atau hal lain. (*/dd)