Surabaya Online – Ada masalah besar yang dihadapi kapal selam KRI Nanggala 402, juru bicara angkatan laut Julius Widjojono mengatakan bahwa kapal selam bertenaga diesel yang berjalan dengan baterai listrik saat tenggelam hanya bisa bertahan di kedalaman 250 hingga 500 meter. “Lebih dari itu bisa sangat fatal, berbahaya,” katanya.
Laut di wilayah tersebut lebih dangkal dibandingkan bagian lain di nusantara namun masih bisa mencapai kedalaman lebih dari 1.500 meter.
Permasalahan yang lain adalah kekurangan oksigen di kapal selam bagi ke 52 awak KRI Nanggala 402, untuk bisa mendapatkan oksigen yang cukup hingga Sabtu pagi, 24 April 2021.
Kemungkinan besar waktu akan hampir habis ketika para tim penyelamat yang menjelajahi pantai di seputar Bali, datang di lokasi di mana kapal selam itu berada, kemungkinan oksigen tersebut segera habis.
“Masih ada waktu sampai Sabtu sekitar jam 3 pagi. Semoga kita bisa menemukannya sebelum itu,” kata Margono kepada wartawan.
Namun, analis pertahanan telah memperingatkan bahwa kapal itu bisa saja pecah berkeping-keping jika tenggelam ke kedalaman yang diyakini hingga 700 meter, jauh di bawah spesifikasi kapal selam tersebut.
Presiden Indonesia Joko Widodo meminta negaranya untuk mendoakan awaknya, sementara Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton mengatakan laporan awal menunjukkan sebagai “tragedi mengerikan”.
Dia mengatakan bahwa fakta kapal selam itu “berada di bagian perairan yang sangat dalam” membuatnya “sangat sulit untuk pemulihan atau lokasi”.
Lokasi pasti kapal tersebut belum ditemukan, dengan berbagai kapal perang dan helikopter, semua dikerahkan untuk membantu menemukan kapal selam tersebut.
Negara tetangga Singapura dan Malaysia telah mengirim kapal yang diperkirakan akan tiba dalam beberapa hari mendatang, termasuk MV Swift Rescue yang merupakan kapal penyelamat kapal selam.
India pada Kamis, 22 April 2021, mengatakan telah mengirim kapal untuk membantu perburuan, sementara Amerika Serikat, Australia, Prancis dan Jerman termasuk di antara negara-negara lain juga telah menawarkan bantuan.
“Ada terlalu banyak hal yang tidak diketahui saat ini,” kata Curie Maharani, pakar pertahanan di Universitas Bina Nusantara Indonesia. “Tapi yang kami tahu adalah bahwa ini berpacu dengan waktu.”
Frank Owen, sekretaris dari Submarine Institute of Australia, seperti dikutip Yahoonews Australia, memperingatkan bahwa menyelamatkan awak yang selamat dengan cepat hampir mustahil.
“Jika kapal selam berada di dasar laut, dan jika di kedalaman air yang ada, hanya sedikit yang bisa mereka lakukan untuk mengeluarkan orang-orang,” katanya.
Dari pembahasan tersebut setidaknya ada empat masalah yang dihadapi KRI Nanggala 402, yakni kekuatan kapal menahan tekanan, cadangan oksigen yang ada, kecepatan menemukan kapal, dan kemampuan peralatan penyelamatan.***