SURABAYAONLINE.CO, Malang – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM melalui Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal menggelar kegiatan Penyusunan Bahan Posisi Perjanjian Investasi Internasional sengan sejumlah stakeholder, Kamis (16/10) di Malang.
Prof. Dr. Tirta Nugraha Mursitama, Ph.D., Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, sebagai
keynote speech dalam acara yang bertajuk “Diplomasi Investasi dalam peningkatan realisasi investasi.”
Menurut Prof Tirta, Diplomasi Investasi sekarang digencarkan sebagai Tonggak Menuju Indonesia Emas 2045. Investasi adalah bagian penting dari Diplomasi Ekonomi.
“Perlu melibatkan berbagai pihak termasuk peran aktif insan pers guna menyampaikan program dan mengawal perijinan agar publik semakin tahu serta memahami dan terlibat partisipasi mendukung,” kata Prof Tirta.
Prof Tirta sebagai Deputi menyampaikan fondasi diplomasi investasi merupakan bagian dari strategi nasional untuk menciptakan kesepakatan internasional yang selaras dengan kepentingan pembangunan dan peningkatan realisasi investasi.
Dalam hal ini, Pemerintah berkomitmen meningkatkan upaya diplomasi investasi melalui kerja sama dengan berbagai negara secara bilateral maupun multilateral.
Salah satunya, penyelesaian perjanjian Indonesia – Canada CEPA yang juga memuat investment chapter yang baru saja ditandatangani pada akhir September lalu.
Perjanjian tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan arus investasi dari Kanada ke Indonesia.
Penyusunan bahan posisi ini berperan penting dalam memberikan arah kebijakan diplomasi investasi Indonesia. Proses ini menjadi wadah untuk mendapatkan masukan, umpan balik secara langsung dari para pemangku kepentingan tidak hanya di pusat tapi juga di daerah.
Kegiatan tersebut bertujuan memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan investasi internasional sekaligus memastikan bahwa perjanjian yang dihasilkan mampu mendorong realisasi investasi yang berkualitas dan berkelanjutan.
Kegiatan diisi dengan diskusi panel yang dipandu moderator, Direktur Kerja Sama Bilateral, Dr. Rini Setiani Sutrisno Modouw dengan menghadirkan berbagai narasumber lintas sektor, yakni perwakilan Kementerian Luar Negeri, BPJS Ketenagakerjaan, PT PLN (Persero), serta akademisi dari Universitas Brawijaya.
Panel membahas isu-isu strategis, mulai dari perumusan bahan posisi perjanjian investasi internasional dalam rangka meningkatkan realisasi investasi, kontribusi jaminan sosial bagi tenaga kerja asing dan domestik, potensi investasi di sektor energi baru terbarukan, serta peran perjanjian investasi internasional di tengah dinamika ekonomi global.
Diskusi menyoroti, aspek jaminan sosial ketenagakerjaan karena berperan strategis dalam memperkuat iklim investasi nasional.
Perlindungan komprehensif bagi tenaga kerja dinilai mampu menurunkan risiko usaha, meningkatkan produktivitas, serta menjadi indikator penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang kini menjadi standar global dalam penilaian investasi.
Menurut drg. Faizal Rachman, MH.Kes., AAK., CRGP., Deputi Kepesertaan Program Khusus dan Keagenan BPJS Ketenagakerjaan, investasi yang berkelanjutan harus dibangun di atas fondasi perlindungan sosial yang kuat.
“Jaminan sosial bukan hanya pelindung bagi pekerja, tetapi juga instrumen mitigasi risiko dan jaminan keberlangsungan investasi melalui tenaga kerja yang produktif dan bermartabat,” ujarnya.
Selain aspek ketenagakerjaan, sektor ketenalistrikan khususnya Energi Baru Terbarukan (EBT), merupakan salah satu sektor yang diangkat dalam diskusi.
Executive Vice President Aneka Energi Baru Terbarukan PT PLN (Persero), Daniel Karmel Fernando Tampubolon, S.T., M.E.M. memaparkan berbagai potensi dan peluang investasi sektor ketenagalistrikan di Indonesia.
Sebelumnya, dilakukan penandatanganan adendum atas Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM dengan PT. PLN (Persero) tentang Penyediaan Tenaga Listrik dan Percepatan Investasi di Sektor Ketenagalistrikan.
Acara dihadiri Walikota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, MM, pimpinan perguruan tinggi, para mahasiswa pelaku usaha dan asosiasi serta perwakilan media.
Sebanyak 100 peserta merupakan mahasiswa dari berbagai kampus di Kota Malang dan sekitarnya seperti Universitas Brawijaya, Binus University, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Ma Chung, Universitas Islam Malang, dan lain-lain.
Kehadiran para mahasiswa yang merupakan bagian dari generasi muda sangat penting dan relevan mengingat mereka mendapat pemahaman yang jelas akan pentingnya perjanjian investasi internasional.
Di akhir acara, Prof. Tirta menekankan, diplomasi investasi harus menjadi instrumen yang memastikan setiap kesepakatan internasional mampu diterjemahkan menjadi realisasi investasi nyata di lapangan.
“Penyusunan bahan posisi yang mengakomodir berbagai kepentingan stakeholder memperkuat daya tawar Indonesia dalam setiap forum internasional dan memberikan kepastian hukum serta perlindungan bagi investor,” tambahnya.
Kegiatan ini merupakan bentuk komitmen Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM untuk terus memperkuat diplomasi investasi Indonesia dan memastikan bahwa kebijakan investasi yang disusun memiliki dampak langsung terhadap penciptaan lapangan kerja, peningkatan nilai tambah, serta percepatan transformasi ekonomi nasional.(sap)


