SURABAYAONLINE.CO – Desa Suci, Kecamatan Manyar, kembali menggelar tradisi Rebo Wekasan yang tahun ini bertepatan dengan Hari Jadi Desa Suci ke-634. Tradisi yang dipercaya sudah ada sejak masa Sunan Giri ini hingga kini tetap dilestarikan, digelar setiap Rabu terakhir bulan Safar dalam penanggalan Hijriah.
Puncak acara berlangsung pada Senin malam (18/8/2025) melalui Kirab Tumpeng Agung yang dimulai dari Balai Desa Suci menuju Masjid Mambaut Thoat dengan jarak sekitar satu kilometer. Ribuan warga bersama Forkopimcam Manyar, tokoh masyarakat, perangkat desa, serta berbagai organisasi pemuda dan seni ikut serta memeriahkan jalannya kirab.
Yang membuat Rebo Wekasan tahun ini berbeda, hadirnya dua tumpeng raksasa setinggi lebih dari satu meter yang ikut diarak. Tumpeng hasil bumi tersebut dibawa oleh lima organisasi perguruan silat, melambangkan persatuan sekaligus bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur.
Selain tumpeng raksasa, terdapat 25 tumpeng lain yang juga ikut diarak. Prosesi kirab semakin meriah dengan kehadiran kelompok seni hadrah ISHARI yang berjalan mundur sambil melantunkan shalawat sepanjang rute.
Kepala Desa Suci, Achmad Rizal, menegaskan bahwa Rebo Wekasan adalah tradisi sakral yang harus terus dilestarikan.
“Harapannya, tradisi ini terus diwariskan agar masyarakat Desa Suci selalu dalam lindungan Allah, diberikan ketentraman, kerukunan, dan kesejahteraan,” ujarnya.
Camat Manyar, Hendriawan Susilo, menilai Rebo Wekasan tidak hanya sarat nilai budaya dan keislaman, tetapi juga berdampak positif bagi perekonomian masyarakat.
“Ratusan UMKM ikut meramaikan Rebo Wekasan 2025. Karena itu, kami mendorong agar tradisi ini bisa masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB),” jelasnya.
Jika disahkan, Rebo Wekasan akan melengkapi daftar budaya Manyar yang sudah lebih dulu berstatus WBTB, yaitu Kolak Sangring dan Makam Siti Fatimah Binti Maimun.
Sementara itu, anggota DPRD Gresik, Khoirul Huda, mengapresiasi inovasi kirab tumpeng raksasa yang membuat masyarakat semakin antusias.
“Semoga ke depan Pemerintah Desa Suci bisa terus mengembangkan tradisi ini agar semakin dikenal luas,” katanya.
Tradisi Rebo Wekasan di Desa Suci tidak hanya kirab tumpeng, tetapi juga diramaikan berbagai kegiatan keagamaan dan budaya yang berlangsung sejak 17–20 Agustus 2025, di antaranya khotmil qur’an, slametan dan doa bersama, pembacaan rotib dan hadrah, pasar rakyat dengan ratusan UMKM local, serta sholat malam dan doa keselamatan desa.
Rebo Wekasan Desa Suci diyakini telah ada sejak masa Sunan Giri, salah satu Wali Songo yang berperan besar dalam penyebaran Islam di Gresik. Tradisi ini menjadi bentuk doa bersama agar masyarakat terhindar dari bala dan mendapatkan keberkahan hidup.
Dengan inovasi serta dukungan dari pemerintah desa, kecamatan, hingga tokoh masyarakat, Rebo Wekasan Desa Suci 2025 tidak hanya menjadi tradisi religius, tetapi juga ajang memperkuat identitas budaya Gresik serta menggerakkan ekonomi kerakyatan melalui partisipasi UMKM lokal.