SURABAYAONLINE.CO – Tiga jurusan di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) menunjukkan tingkat pengangguran tertinggi, menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Jurusan tersebut adalah Teknik Mesin, Teknik Otomotif, dan Teknik Komputer dan Informatika.
Prof Atip Latipulhayat, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, berencana untuk melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk bergabung dengan lulusan SMK. Ia menjelaskan mengapa lulusan SMK tidak mendapatkan pekerjaan.
Pertama, ada ketidakseimbangan antara jumlah lulusan SMK dan kebutuhan kerja. Artinya, lebih banyak lulusan, tetapi tidak semua diterima di dunia kerja dan bisnis.
Selanjutnya, kemampuan yang dimiliki siswa yang lulus dari sekolah menengah kejuruan (SMK) tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. “Diakui 60 persen SMK dikelola pihak swasta dan SMK memerlukan biaya tinggi dibandingkan SMA karena harus menyediakan laboratorium,” kata Prof Atip, Senin (2/12/2024).
Selain itu, guru SMK jarang mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan kualitas mereka, padahal guru yang baik akan melahirkan siswa yang berbakat. Pemerintah akan memberikan pelatihan kepada guru dan akan bekerja sama dengan pelaku UMKM untuk mempekerjakan lulusan SMK.
Untuk menerima lulusan SMK, sekolah saat ini berfokus pada industri dan dunia usaha berskala besar. Namun, jumlah industri tidak sebanding dengan jumlah lulusan SMK.
“Sekarang diarahkan agar dunia usaha dengan UMKM, tetapi ini belum optimal meskipun jumlah UMKM besar. Mengapa tidak SMK bekerja sama dengan UMKM yang memiliki sektor lebih banyak karena industri belum siap menampung SMK,” ujarnya.
Karena anggaran terbatas, Prof Atip mengakui bahwa bekerja sama dengan bisnis adalah penting. Kementeriannya menggunakan pendekatan “Partisipasi Semesta”, yang berarti bahwa semua pihak yang terlibat, termasuk pengusaha, berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan.
“Saya pikir kolaborasi dengan dunia usaha adalah jalan terbaik. Jika mengandalkan APBN belum semuanya terpenuhi,” tegasnya.
Namun, Prof Atif menyatakan bahwa jumlah pengangguran lulusan SMK semakin menurun. Lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) masih memiliki tingkat pengangguran tertinggi.
“Secara umum, tingkat pengangguran lulusan SMA adalah 30%, dan pengangguran lulusan SMK akan turun menjadi hanya 17% pada tahun 2024. Jadi secara keseluruhan, tingkat pengangguran lulusan SMA adalah 30%,” Pungkasnya.