SURABAYAONLINE.CO, Surabaya – Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih besar dibandingkan pemasukannya.
Menyoroti hal tersebut, tim Pekan Kreativitas Mahasiswa – Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas implementasi akuntansi dalam rangka mendukung keberlanjutan tradisi budaya yang ada.
Ketua tim PKM-RSH ITS Rajni Shrinishaa menyoroti keberlanjutan tradisi Nyadran yang masih eksis di Jawa Timur. Tradisi Nyadran merupakan hasil akulturasi kebudayaan Jawa dan Islam untuk mendoakan leluhur. Tetapi keberadaannya hampir terancam punah akibat masalah keuangan, di mana pengeluaran yang terjadi bisa melebihi pemasukan.
“Guna menjaga eksistensi budaya tersebut, diperlukan kajian ekonomi dengan menerapkan praktik akuntansi untuk pertanggungjawaban pembiayaannya,” terang Rajni.
Tim yang beranggotakan lima mahasiswa Departemen Aktuaria ITS ini bertujuan memberikan strategi untuk mengoptimalkan pendapatan dan menekan pembiayaan pada tradisi Nyadran. Strategi optimalisasi pendapatan dapat diberikan dengan iuran berskema cicilan kepada masyarakat dan menukar hasil panen produk bumi.
Tak hanya itu, sarana lain untuk mendapatkan dukungan dana dapat dilakukan melalui sponsor kegiatan ataupun lewat penggalangan dana yakni program Pesona Nyadran.
Lebih lanjut, menurut Rajni, optimalisasi pembiayaan sendiri berfokus pada penggantian alokasi biaya sewa dengan pembelian aset tetap yang dapat menjadi investasi jangka panjang. Selama ini, masyarakat memilih sewa untuk mendapat model kostum baru demi memeriahkan acara tiap tahunnya yang tidak efisien dari segi ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. “Hal ini dapat ditanggulangi bila menggunakan aset tetap yang hanya memerlukan perombakan pernak-pernik,” jelasnya.
Dalam memudahkan implementasi akuntansi, Tim PKM-RSH ITS ini juga menyiapkan program Macroexcell yang dapat menggambarkan dengan detail beban pengeluaran dan sumber pendapatan. Alhasil, profit dari perhitungan tersebut lebih akurat dan dapat meminimalisir kesalahan dengan tepat.
“Karena tradisi Nyadran memerlukan berbagai persiapan yang matang, sehingga pembuatan strategi dan program tersebut baru bisa diimplementasikan pada 2025 mendatang,” tambah Rajni.
Ide cemerlang tersebut lahir dari berbagai observasi dan analisis anggota tim di bawah bimbingan dosen Aktuaria ITS Soehardjoepri. Mulanya, studi literatur dilakukan untuk menggali fenomena dan dilakukan validasi wawancara baik dengan dinas pariwisata, kepala desa, dan masyarakat lokal. Selanjutnya, analisis K-Means Clustering dan Matrix Cap juga dilibatkan untuk mengelompokkan range harga masing-masing kebutuhan.
Berulang kali tim Rajni melakukan validasi data mengenai tradisi Nyadran untuk merumuskan permasalahan dan solusi yang konkret dirasakan masyarakat. Tim ini sempat mengalami kendala untuk menelaah hasil wawancara dengan bahasa daerah lokal karena kebetulan seluruh anggota tim berasal dari luar Pulau Jawa.
“Oleh karena itu, kami menerjemahkan dengan platform daring dahulu untuk arti bahasa dan memvalidasikan kepada kepala desa setempat,” ungkap gadis asal Kalimantan tersebut.
Atas kekompakkan dan usaha pantang menyerah dari seluruh anggotanya, tim PKM-RSH ITS yang diberi nama Nyadran Inception ini berhasil membawa medali perunggu pada kategori presentasi di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2024, beberapa waktu lalu.
Tim ITS ini selalu mengupayakan untuk berlatih dan saling membantu antarpekerjaan sehingga bisa menuntaskan secara bersama. “Pengalaman lomba yang didapatkan hingga ajang Pimnas ini sangat mengasah mental dan memberikan pengalaman yang tak terlupakan,” tutup Rajni.(*)