SURABAYAONLINE.CO, Sidoarjo – Trauma bisa terjadi bertahun-tahun, terutama bagi penyintas bencana. Salah satunya adalah pasca tsunami Aceh. Banyak penyintas yang mengalami trauma cukup lama. Hal ini biasanya terjadi pada bencana yang mengakibatkan jatuhnya korban cukup banyak.
Masalah ini diungkapkan oleh Ahmad Guntur Alfianto dari Klaster Keperawatan Jiwa, Komunitas, Keluarga, dan Gerontik Sekolah Tnggi Kesehatan (Stikes) Widyagama Husada Malang. Ia membawakan materi Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dalam Arisan Ilmu Nol Rupiah (AINR) Edisi 52 yang diadakan Sekber Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB) Jawa Timur.
Kegiatan ini digelar di Ruang Siaga, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Jalan Letjen. S. Parman No.55, Waru, Kabupaten Sidoarjo, Minggu (17/12).
Secara umum PTSD adalah gangguan mental yang terjadi pada seseorang karena mengalami kejadian traumatis. Seperti bencana alam, kecelakaan, terorisme, perang atau pertempuran, pelecehan seksual, kekerasan dan sejenisnya.
“Ada beberapa masalah kejiwaan akibat bencana. Di antaranya cemas, susah tidur, depresi, psikosis, trauma, dan PTSD,” ungkap Ahmad Guntur Alfianto.
Sekitar seratus peserta dan pengurus SRPB Jatim hadir dalam kegiatan ini. Selain mendapat materi PTSD, para peserta mendapatkan pemeriksaan kesehatan gratis tekanan darah dan gula darah dari Stikes Kerta Cendekia, Sidoarjo.
Ahmad Guntur Alfianto mengungkapkan beberapa tanda dan gejala PTSD. Untuk anak-anak di antaranya sering ngompol, regresi, sulit bicara, selalu ingin nempel pada orang terdekat, hingga menangis tanpa sebab. Sedangkan untuk dewasa tanda-tandanya adalah stresor, selalu mengingat peristiwa, menghindar, gejala gangguan pikiran dan perasaan, gejala reaktif seperti mudah tersinggung, dan gangguan sosial.
Sedangkan dalam klaster kesehatan jiwa pada bencana terdapat kelompok yang menangani masalah kesehatan jiwa. Kemudian, adanya relawan terlatih dan tenaga profesional. Selain itu, ada kegiatan dari pengkajian cepat, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Koordinator SRPB Jatim Rahmad Subekti Kimiawan mengatakan, peserta bisa menyerap ilmu dari materi ini. Diharapkan bisa menjadi tambahan saat para relawan terjun ke daerah bencana.(*)