SURABAYAONLINE.CO, Mojokerto – Bulan Ramadan dan menjelang Lebaran 2023 menjadi berkah perajin jilbab di Kabupaten Mojokerto. Dalam sehari para perajin bahkan mampu menjual 1.000-3.000 jilbab per hari.
Berkah Ramadan dan Idul Fitri dirasakan Frengkianto (32), perajin jilbab di Dusun-Desa Brangkal, Sooko, Kabupaten Mojokerto. Sehari-hari ia memproduksi jilbab model Bella Square atau segi empat yang saat ini banyak diminati para hijaber.
Model jilbab Bella Square nyaman dipakai sehari-hari dalam waktu lama. Sebab menggunakan bahas polikatun yang tipis, yakni campuran 50 persen katun dan 50 persen poliester. Selain itu, jilbab segi empat mudah dibentuk untuk beragam gaya berhijab.
“Kami gunakan bahan premium setara dengan merek ternama. Namun, harganya jauh lebih murah. Kalau merek ternama Rp 25 ribu, kami hanya Rp 11.900 per pcs,” kata Frengki.
Tingginya minat jilbab Bella Square membuat penjualan produk Frengki naik hingga 4 kali lipat selama Ramadan. Ditambah lagi menjelang Hari Raya Idul Fitri. Bahkan, lonjakan penjualan itu terjadi sejak satu pekan sebelum bulan puasa.
“Hari biasa penjualan kami 500-800 jilbab per hari. Mulai satu minggu sebelum Ramadan naik menjadi 1.000-3.000 jilbab per hari,” ungkap bapak anak satu ini.
Harga jilbab segi empat buatan Frengki sangat terjangkau, yaitu hanya Rp 11.900 per pcs. Suami Rosidah (25) ini mematok harga lebih murah untuk para reseller. Menariknya lagi, ia menyediakan 90 varian warna bagi konsumen.
“Kami mencoba ready stock sampai H+ Lebaran, tapi tidak pernah bisa. Rata-rata stok kami habis sebelum Lebaran. Semoga tahun ini kami bisa tutup produksi H-2 Lebaran,” terangnya.
Selama ini, Frengki memasarkan jilbab buatannya melalui sejumlah marketplace. Sehingga penjualannya menjangkau seluruh wilayah Indonesia dari Aceh sampai Papua. Jika dipersentase, 80 persen penjualannya mengandalkan marketplace.
Oleh sebab itu, sebagian karyawan Frengki bertugas khusus mengemas jilbab dan melabeli sesuai alamat pengiriman. Selanjutnya, para kurir dari perusahaan ekspedisi mengambil ratusan hingga ribuan paket jilbab itu dari tempat usaha Frengki untuk dikirim ke konsumen.
Sedangkan 20 persen penjualan secara offline, yakni diambil para pemilik toko oleh-oleh haji, koperasi sekolah dan toko busana di beberapa daerah di Jatim. “Mereka kami beri gratis tukar warna apapun selamanya. Karena di setiap daerah kadang warna yang disukai berbeda,” jelasnya.
Dibantu 18 karyawannya yang mayoritas perempuan, Frengki mampu memproduksi 1.000-2.500 jilbab per hari. Kapasitas produksi maksimal ia capai ketika belasan karyawannya itu kerja lembur dari pukul 07.00-21.00 WIB. Ia juga memberdayakan 10-25 pekerja freelance untuk menghadapi momen tingginya penjualan. “Bahan kain saya datangkan dari Bandung semua,” ujarnya.
Sebelum Ramadan, Frengki rata-rata menghabiskan 100 rol kain aneka warna dalam sepekan atau 14 rol per hari. Khusus Ramadan, ia menghabiskan 14-42 rol kain per hari. Setiap rol kain panjangnya 100 yard untuk menghasilkan 70 jilbab.
Sebab, masing-masing jilbab segi empat dibuat dengan ukuran 115 x 115 cm. Proses produksinya pun sangat sederhana dan cepat. Awalnya kain dipotong sesuai ukuran secara manual. Kemudian setiap helai dijahit untuk merapikan bekas potongan. Dilanjutkan ke tahap pelipatan dan pengemasan.
“Produksi kami simpel karena menonjolkan varian warna, bukan custom. Total kami punya 90 varian warna,” ujarnya.
Bisnis jilbab Bella Square ini baru sekitar 2 tahun ditekuni oleh Frengki. Ia banting setir sejak bisnis mebelnya hancur terdampak pandemi Covid-19. Awalnya ia hanya memproduksi sendiri 70-140 jilbab menggunakan 1-2 rol kain. Pemasarannya juga masih konvensional.
Seiring berjalannya waktu, jilbab segi empat buatannya kian banyak peminatnya. Frengki pun berhasil melobi sejumlah produsen kain di Bandung, Jabar untuk menyuplai bahan baku produksinya yang kian besar. Sehingga sampai saat ini bisnisnya itu nyaris tanpa kendala.
“Ke depan kami akan memproduksi banyak fashion Islami dari ujung kaki sampai ujung kepala. Jadi, tidak hanya fokus di jilbab,” tandasnya.(*)