SURABAYAONLINE.CO, Surabaya – Pelaku UMKM di Surabaya diminta untuk lebih banyak lagi masuk ke mal. Upaya ini dilakukan untuk terus mengurangi angka pengangguran. Selain itu, mendongkrak perekonomian dan menyerap tenaga kerja.
Hal ini diungkapkan Wali Kota Eri Cahyadi ketika menerima Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jatim Sutandi Purnomosidi. Ia meminta mal di Surabaya mempekerjakan 40 persen warga Surabaya.
Sebanyak 33 pengelola mal di Surabaya diajak wali kota untuk membahas percepatan penanganan pengangguran dan penyerapan tenaga kerja.
“Saya ingin membuka peluang investasi besar di Surabaya. Saya katakan investasi yang masuk di Surabaya juga berdampak pada warga. Apakah nanti ketika tenaga kerja yang masuk adalah orang Surabaya. Kedua, mal yang berkembang pemiliknya bisa melakukan CSR membangun kota,” kata Eri.
Ia berharap minimal 40 persen tenaga kerja warga Surabaya bisa diserap mal.
“Kalau UMKM nggak sampai Rp 4 juta upah minimum kota (UMK)-nya, terus ditandatangani Disnaker, aku seneng, karena sekarang angka penganggurannya dari 9,7 persen menjadi 7 sekian persen. Di tahun ini saya ingin maksimalnya 4 persen, kemudian kemiskinannya bisa turun 2 persen,” jelasnya.
Eri mengingatkan kepada warga Surabaya untuk tidak berharap mendapatkan gaji di atas UMK, karena tidak semua rekrutmen nantinya ada di bawah naungan pihak mal.
“Apakah gaji di semua mal itu UMK? Ya enggak, karena di mal itu tidak semua (stan) pengusaha besar, karena ada juga UMKM dan ada juga yang baru merintis. Kalau pengusaha baru mencoba, atau UMKM disuruh gaji Rp 4 juta, ya nggak malah untung, tambah buntung,” ujarnya.
Oleh karena itu, Eri meminta Kepala Disperinaker Surabaya untuk hadir mendampingi pemilik stan di mal agar tidak terjadi kesalahpahaman. “Karena kalau kerja di mal kemudian ada yang digaji di bawah UMK, bisa diserbu malnya. Padahal kan itu UMKM yang diberikan tempat di mal, maka dari itu saya minta Disperinaker untuk mendampingi itu,” tuturnya.(*)