SURABAYAONLINE.CO – Mantan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Halim Alamsyah, yang juga pernah menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia, ditunjuk sebagai Komisaris Independen Bank Danamon melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar Kamis (26/8).
Di kalangan pelaku usaha keuangan nasional, nama Halim Alamsyah bukanlah figur baru. Kiprahnya sudah menonjol sejak menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia dan Kepala LPS.
Lahir di Bangka, 6 Maret 1957. Memulai karirnya di Bank Indonesia pada 1982 sebagai staf analis kredit, di Urusan Kredit Koperasi. Kemudian berkiprah sebagai staf peneliti di Urusan Ekonomi dan Statistik. Pada 1999 diangkat sebagai Deputi Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter.
Tidak lama kemudian, tepatnya Juli 2000, Halim dipromosikan sebagai Kepala Biro Gubernur Bank Indonesia. Pada Juli 2002, karirnnya makin melesat setelah dipromosikan sebagai Direktur Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan.
Sejak Januari 2003, Halim berturut-turut menempati pos sebagai Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Direktur Direktorat Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat pada April 2005, dan Direktur Direktorat Statistik dan Moneter pada Pebruari 2006, sebelum akhirnya ditempatkan sebagai Direktur DPNP pada Maret 2007.
Puncaknya, Halim Alamsyah diangkat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden RI No.63/P Tahun 2010 tanggal 1 Juni 2010 dan diambil sumpahnya pada 17 Juni 2010. Pada 2015, berdasarkan Kepres Nomor 158M -Tahun 2015, Halim diangkat sebagai Kepala LPS.
Halim, begitu dia biasa dipanggil, mengahbiskan masa mudanya di Yogyakarta. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Indonesia/UII – Yogyakarta, dan sekaligus pendidikan Sarjana Hukum di Universitas Gadjah Mada. Gelar Master of Arts dalam bidang Development Economics diraihnya dari Boston University, USA dan gelar Doktor Ilmu Ekonomi dari Universitas Indonesia.
Dipercaya sebagai Komisaris Independen di bank besar sekelas Danamon harusnya cukup membanggakan. Betapa tidak, bank ini selalu diincar oleh investor asing untuk selalu membeli/memiliki sahamnya. Pada 2003, Bank Danamon diambil alih mayoritas kepemilikan sahamnya oleh sebuah konsorsium Asia Financial Indonesia di bawah kendali Temasek Holdings, Singapura.
Pada tahun 2004, Bank Danamon meluncurkan Danamon Simpan Pinjam untuk pangsa pasar mikro. Pada tahun yang sama, Bank Danamon mengakuisisi 75% Adira Finance, sebuah perusahaan pembiayaan. Kepemilikan di Adira Finance terus ditingkatkan hingga 95% pada 2009.
Pada tanggal 2 April 2012, bank besar asal Singapura yakni DBS Bank sempat meminati mengambil mayoritas saham Bank danamon. Namun rencana pembelian yang sudah disepakati antar – pihak ini batal dengan alasan regulasi di Singapura belum menginzinkan bank asal Indonesia melakukan ekspansi ke negara tetangga tersebut.
Pada 26 Desember 2017, grup bisnis keuangan terbesar asal Jepang, yakni Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) melalui MUFG Bank, secara bertahap mengakuisisi saham Bank Danamon hingga 94% pada 2019.
Bank Danamon kini memiliki lebih dari 1.600 cabang, meliputi kantor cabang konvensional, unit Danamon Simpan Pinjam, unit usaha syariah, dan kantor-kantor cabang anak perusahaan.[21] Selain itu, jaringan Bank Danamon juga meliputi lebih dari 1.300 mesin ATM dan 70 mesin setoran tunai di seluruh Indonesia.(*)