SURABAYAONLINE.CO —
Waiting is boring. Itulah pepatah yang sering kita dengar dan baca. Namun, menunggu itu bisa tidak membuat kita bosan. Menunggu itu bisa tidak terasa. Menunggu dengan teman setia media sosial. Apalagi jika sendirian. Media sosial teman setia. Bisa menghibur kita.
Media sosial sering juga berdampak negatif. Ekspresi batin terdalam kadang tercuatkan. Tidak lepas juga hinaan dan cacian. Bahkan, bisa saja berupa fitnah. Namun, dalam situasi tertentu, media sosial sangat baik. Media sosial jadi teman setia. Media sosial bikin pikiran kreatif. Media sosial bisa membuat kita bahagia.
Ketika kita sedang sendirian. Misalnya, menunggu jadwal penerbangan di bandara. Di situ, kita tidak diam. Di saat itu, kita tidak melamun. Pikiran kita tidak kosong melompong. Pikiran kita bisa berselansar. Pikiran kita bisa membunuh waktu menunggu.
Di saat-saat itulah, media sosial sangat bermanfaat. Ketika menunggu jadwal penerbangan, kita tidak diam. Kita bisa buka android. Kita bisa buka akun medoa sosial. Bisa facebook. Bisa tweeter. Bisa instagram. Bahkan, kita bisa buka youtube. Buka berbagai tautan berita. Bisa buka tautan gambar-bangar lucu.
Intinya, media sosial itu teman baik kta. Media sosial itu bisa menemani kita. Media sosial itu bisa menghibur kita. Intinya, waktu tunggu satu jam sampai dua jam pun tidak terasa. Buka akun media sosial di saat menunggu jadwal penerbangan, itu sangat efektif. Efktif untuk membunuh waktu. Efektif dalam mengusir kebosanan. Jadi, media sosial bisa mengobati kebosanan.
Kita sering me;empar pandangan. Kita sering bahkan melamun. Lebih buruk lagi, kita bisa merengut memikirkan lama menunggu. Dengan media sosial, kita bisa mengusir semua itu. Pikiran kosong tidak melanda kita. Melamun pun tidak pernah berdekatan dengan pikiran kita. Justru, kadang media sosial bikin kita kreatif. Lebih banyak inspirasi dalam waktu menunggu. Itulah, zaman sekarang.
Berbeda dengan zaman dulu. Ketika tidak ada teknologi android. Ketika tidak ada berjenis-jenis media sosial. Jika kita ingin bunuh waktu, kita sering makan energi. Makan banyak tenaga dan bahkan biaya. Misalnya saja, dalam bunuh kebosanan, kita bisa berjalan-jalan putar-putar. Habis tenaganya.
Kita sering tiduran di bandara saat itu. Ini pun berisiko jika pesawat sudah boarding dan take off. Kita bisa ketinggalam karena tertidur. Zaman dulu, kita juga sering ke resto sambil pesan makan. Dengan makan di resto, kita bunuh waktu menunggu. Mengusir kebosanan dengan biaya. Dengan bayar makanan dan minuman, kita keluarkan uang.
Nah, zaman sekarang, media sosial bisa mengatasi itu semua. Duduk di ruang tunggu sambil menunggu jadwal penerbangan. Kita bermain media sosial. Kita bisa berkomentar. Kita bisa berkomunikasi dengan teman jauh. Bahkan, kita bisa tertawa. Tergantug komunikasi dalam media sosial itu.
Teman baik di ruang tunggu saat menunggu jadwal penerbangan adalah media sosial. Media sosial itu benar-benar teman baik kita. Apalagi, jika bepergian tugas sendirian. Media sosial adalah teman terbaik kita. Kesunyian bisa sirna. Kegiatan lamunan tidak pernah ada. Kreatifitas justru menjilma.
Di sisi lain, media sosial bisa menjadi petaka. Salah ucap dan salah kosakata, bisa membawa petaka. Ada Undang-Undangnya. Itu yang mengatur kita. Namun, tanpa Undang-Undang pun itu tergantung kita. Kita manfaatkan media sosial untuk kebaikan. Hal positif dan konstruktif. Hindari Cacian. Hindari hinaan. Hilangkan fitnah dan hasutan. Media sosial bisa dipakai lebih positif. Berikan infomasi yang konstruktif. Informasi yang bermanfaat.
Media sosial itu teman baik. Seperti di saat membunuh waktu. Menunggu sesuatu, termasuk menuggu jadwal penerbangan. Media sosial bermanfaat megusir kebosanan. (Bandara Ngura Rai, Denpasar, Bali, 1 Februari 2019)
Penulis adalah Pengamat Pendidikan dan Sosial; President of International Association of Scholarly Publishers, Editors, and Reviewers (IASPER); dosen STIE Perbanas Surabaya.