SURABAYAONLINE.CO, SUMENEP – Dugaan informasi bayi tertukar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. H. Moh. Anwar Kabuten Sumenep Madura Jawa Timur terus bergulir, meskipun hingga saat ini belum menemukan titik terang.
Humas RSUD Moh Anwar Arman mengaku, jika pihaknya telah mengetahui siapa nama petugas yang sedang bertugas pada saat itu. Hal itu dapat ia ketahui dari jadwal yang sudah dibuat pihak Rumah sakit. Ia juga mengaku akan memintaai keterangan oknum petugas tersebut guna mencari kebenaran akan informasi bayi tertukar
“Kalau oknum petugasnya kami sudah tahu orangnya, kan memang ada jadwalnya. Yang kami gali kebenaran informasinya, apakah oknum itu melakukan hal seperti itu atau tidak,” terangnya.
Bayi yang diduga tertukar tersebut lahir, dari pasangan Nurma Ningsih (25) tahun dan Subroto (27) tahun, warga Desa Nyabakan Barat, Kecamatan Batang-Batang tersebut.
Arman juga mengaku saat ini, pihak Rumah sakit RSUD Moh Anwar sedang melakukan kroncek, mengumpulkan semua informasi secara internal. Selain itu pihaknya juga belum bisa memastikan kebenaran informasi dugaan bayi tertukar. Pihaknya beralasan masih terus mendalami dan belum final.
“Kita masih melakukan kroscek atau penelusuran terkait siapa yang bertugas saat itu. Sampai saat ini masih kami gali,” tegasnya, pada media, Sabtu 21 Nobember 2020.
Ditanya soal ciri-ciri fisik bayi mulai dari postur tubuh dan dugaan rambut bayi yang berbeda dan lebih panjang dari bayi yang diketahui pasien saat lahiran. Arman beralibi bahwa hal tersebut tidak bisa dipastikan dalam pengakuan sepihak. Ia juga beralibi secara kronologis saat bayi dari Ibu Nurma Ningsi dilahirkan, tidak ada pasien lain yang juga melakukan proses persalinan di Rumah sakit tersebut.
“Jadi tidak mungkin bayinya tertukar, kan cuma satu bayi itu yang melahirkan di hari itu, tidak ada bayi lain. Kemudian bayi itu diberi tanda gelang, dan orang tuanya tahu kalau sudah diberi tanda gelang,” bebernya.
Sebelumnya, dalam bukti orang tua korban yang ditunjukkan dalam bentuk foto di handpone miliknya kepada awak media, terlihat semula bayi tersebut tak memiliki rambut alias gundul. Namun, selang beberapa jam kemudian, rambut sang bayi mungil tersebut berambut panjang.
“Kita tidak bisa dalam pengakuan sepihak, kalau di bidang kesehatan itu ada banyak hal atau metode yang bisa digunakan untuk membuktikan. Ini harus turunnya atau bukan. Hal yang paling gampang bisa juga dari golongan darah atau ke tes DNA,” sebutnya.
Arman juga menggap soal keterangan perubahan rambut bayi itu sesuatu yang sifatnya masih subyektif. Karena menurutnya setiap bayi yang dilahirkan alan diberi tanda berupa gelang. Ia juga memastikan kalau tanda tersebut tidak mudah rusak kecuali ada upaya pengrusakan.
“Kalau soal rambut itu kan subyektif, kalau kita kan juga tidak menanyakan kenapa gundul, saya kan gak bisa menyampaikan itu. Yang jelas kan sudah di beri tanda dengan gelang bayinya itu, dan gelang itu tidak mungkin mudah rusak, kecuali digunting,” jelasnya.
Arman malah beranggapan, jika dugaan masyarakat malah membuat perdebatan yang kurang objektif. “Tapi kalau sesuatu yang objektif seperti yang saya bilang tadi ada banyak metode untuk mencocokkan,” tambahnya.
Disisi lain, orang tua korban (Subroto) pada Senin 15 November 2020 lalu, sempat ingin menemui darah dagingnya sendiri. Namun, diduga dihalang-halangi oleh perawat rumah sakit.
Selain itu dikonfirmasi perihal kejadian berdasarkan pengakuan korban tersebut, Ia mengaku tidak ada kejadian yang menunjukkan penolakan atau ada respon petugas yang berlebihan, yang dilakukan dalam keadaan dan kondisi normal, atau wajar.
Bukan Hanya Satu Pasien yang Melahirkan
Dikonfirmasi terpisah, saudara sepupu Subroto, Risko mengaku, di hari yang bersamaan dengan lahirnya anaknya itu, terdapat dua bayi yang dilahirkan. Ia juga mengaku mendapatkan infromasi tersebut dari oknum petugas kalau pada saat hari kejadian bukan hanya satu pasien yang melakukan persalinan di RSUD Moh Anwar.
“Apabila pihak rumah sakit mengklaim di hari yang bersamaan hanya ada satu bayi yang dilahirkan, artinya rumah sakit Sumenep ini bisa dipastikan berbohong. Yang bilang begitu bukan saya, tapi perawat itu yang bilang,” ungkapnya kesal.
Dirinya juga menjelaskan, soal kejadian oknum perawat yang mengambil dan membawa pergi si bayi, saat itu ibunya menyadari saat memberikan ASI pada anaknya bukanlah darah dagingnya sendiri.
Hal tersebut diperkuat lantaran melihat kondisi rambut sang bayi berbeda, Bahkan, saat itu, lanjut Risko, perawat yang membawa pergi bayi tersebut tak merespon kembali.
“Saat ibu bayi kaget melihat darah dagingnya berbeda kondisi rambutnya, oknum perawat tersebut malah kabur, tanpa melakukan upaya komunikasi dengan baik, atau setidaknya klarifikasi. Dari sini saja kan sudah bisa kelihatan,” pungkasnya.
Dewan Meminta Rumah Sakit Jujur
Naik eskalasi tentang informasi dugaan bayi tertukar di RSUD Moh Anwar, Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumenep, pada tanggal 18/11 memanggil pihak Rumah sakit. Pemanggilan ini bermaksud untuk mengkonfirmasi dan memintai klarifikasi dari pihak RSUD Moh Anwar terkait informasi dugaan bayi tertukar tersebut.
Selepas pertemuan dengan pihak RSUD Moh Anwar, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Sumenep Siti Hosna meminta, dengan tegas kepada pihak RSUD Moh Anwar untuk transparan dan jujur mulai dari kronologis hingga perkembangan. Menurutnya hal itu penting untuk dilakukan agar nantinya RSUD Moh Anwar tidak memiliki pandangan buruk dimata publik, dan tetap dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat.
“Harus jujur agar rumah sakit ini tidak buruk di mata masyarakat dan tetap memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat,” tegasnya
Selain itu ia juga meminta apabila dalam perkembangan nantinya, dugaan penukaran bayi ini terbukti. Maka pihak RSUD Moh Anwar harus memberikan sanksi secara tegas, terhadap oknum petugasnya karena sudah lalai didalam menjalankan tugas dan mengakibatkan kerugian terhadap pasien
“Tadi saya juga sampaik apabila nanti ini terbukti, pihak rumah sakit harus memberikan sanksi secara tegas kenapa bisa lalai,” pintanya. (Thofu)


