SURABAYAONLINE.CO – Pemerintah Desa Sobrah, Kecamatan Wungu, Madiun, Jawa Timur, merampungkan pembangunan pendopo punden di wilayahnya. Prasarana itu disediakan untuk memenuhi kebutuhan warga setempat, yang ingin melakukan kegiatan sosial, budaya dan keagamaan yang dipercayainya.
Keberadaan bangunan tempat berkumpulnya masyarakat desa setempat itu dianggap penting dan mendesak, lantaran sebagai area pusat kehidupan sosial penunjang kearifan lokal. Pendopo punden juga menjadi bagian dari identitas lokal dan adat istiadat, yang masih dilestarikan hingga detik ini.
Hal itu disampaikan Kepala Desa Sobrah, Siti Asiyah, S.H, kepada koresponden di ruangannya, Kamis (20/11/2025), menanggapi perlunya penyediaan prasarana sebagai penunjang utama kegiatan sosial masyarakat desa setempat tersebut.
Disebutkannya, lantaran proyek tersebut dikerjakan secara swakelola, maka seluruh pelaksanaan kegiatan proyek dipercayakan kepada Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) desa setempat. Otoritas desa, menurutnya, menyerahkan kegiatan itu kepada TPK yang diketuai Suwito, lantaran untuk membagi tugas agar pembangunannya berlangsung sesuai harapan.
“Pendopo itu sudah selesai pembangunannya. Sudah diresmikan, dan insyaallah juga sudah dimanfaatkan masyarakat desa setempat. Prasarana itu penting untuk menunjang kegiatan sosial masyarakat, menyangkut adat istiadat, budaya maupun nilai-nilai kearifan lokal lainnya, yang hingga kini tetap terjaga dan lestari,” ungkap Siti Asiyah.
Sementara Ketua TPK Desa Sobrah, Suwito, saat ditemui di area pendopo punden mengatakan, keberadaan pendopo punden itu sebenarnya sudah cukup lama ditunggu-tunggu warga desa setempat. Sudah beberapa kali ganti Kades, katanya, baru saat ini angan-angan warga tersebut dapat direalisasikan.
Diungkapkannya, pendopo tersebut memiliki fungsi strategis lantaran banyak masyarakat desa setempat yang membutuhkannya. Pendopo itu, sambungnya, sebagai tempat berteduh sekaligus berkumpul manakala digelar acara budaya, religi dan bermacam kegiatan sosial lainnya.
Kegiatan yang kerap dilakukan masyarakat di tempat itu, menurut Suwito, antara lain bersih desa yang menjadi agenda tahunan pemerintah desa setempat. Bukan hanya itu, jelasnya, masyarakat juga memanfaatkannya sebagai tempat berdoa kepada para leluhur dan memberi sesajen, meminta keselamatan dan kelancaran, saat hajatan temanten, khitanan atau bentuk adat istiadat lainnya.
“Sebenarnya pendopo ini sudah digadang-gadang warga sejak lama. Baru kali ini tercapai. Jadi, pendopo ini sebagai tempat berkumpul warga saat kegiatan bersih desa. Tapi bukan cuma itu, warga yang hajatan temanten, khitanan atau apa saja, tak sedikit yang kesini untuk kirim doa,” tutur Suwito.
Soal proses pembangunan pendopo berukuran 9×9 meter itu, kata Suwito, dikerjakan secara swakelola selama tiga bulan sejak bulan Juni hingga Agustus tahun ini. Dikerjakan 8 orang, dan didukung anggaran Dana Desa (DD) sebesar Rp. 180 juta pada tahun fiskal 2025.
Suwito mengakui adanya penurunan spek bahan kayu jati, dimana kayu tiang penyangga tengah, dari yang sebelumnya berukuran 20 sentimeter, menjadi 14 sentimeter. Sedangkan tiang penyangga pinggir dari yang sebelumnya berukuran 18 sentimeter, menjadi 11 sentimeter.
Namun begitu, sebutnya, perubahan spek tersebut tidak dilakukan serta merta, melainkan menggunakan mekanisme rapat bersama pihak-pihak terkait. Pembahasan perubahan spek dilakukan bersama kepala desa, sekretaris desa, bagian perencanaan, BPD termasuk pihak terkait lain, hingga terbukukan dalam berita acara perubahan spek tersebut.
Alasan penurunan spek, katanya, lantaran harga kayu jati Perhutani dengan spek lama terlalu tinggi, dan melebihi anggaran. Karena itulah pihak-pihak terkait dalam pembangunan proyek pendopo itu bersepakat menurunkan spek kayu tiang penyangga.
“Jadi memang benar ada penurunan spek kayu tiang penyangga. Tapi itu sudah melalui musyawarah dengan semua pihak. Tidak ujug-ujug kami menurunkan. Karena angarannya tidak cukup. Bahkan berita acara penurunan spek itu pun kami punya,” jelas Suwito.
Soal anggaran, terangnya, seluruh anggaran proyek sebesar Rp. 180 juta, dipotong PPN 12,5%, sudah semuanya terserap dalam kegiatan tersebut. Katanya, posisi statistik antara realisasi proyek fisik di lapangan, dengan input data Online Monitoring Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (OM-SPAN) yang ada di Pemerintahan Desa Pemkab Madiun dalam posisi simetris dan klir. (fin)


