SURABAYAONLINE.CO, Surabaya – Yayasan Wings Peduli secara konsisten mendampingi bank sampah sejak 2024 sebagai bagian dari kampanye #PilahDariSekarang. Bersama Waste4Change. Pendampingan ini merangkum berbagai tantangan dan pembelajaran dari praktik nyata di lapangan. Perjalanan ini menjadi potret bahwa perubahan perilaku dalam mengelola sampah. Dimulai dari kebiasaan kecil di rumah tangga, yang tumbuh melalui ketekunan, kesabaran, dan semangat gotong royong.
Perwakilan Yayasan Wings Peduli Sheila Kansil mengatakan, dalam program pembinaan bank sampah sebagai bagian dari #PilahDariSekarang, pihaknya ingin memperkuat kebiasaan memilah sampah melalui fasilitas daur ulang yang mandiri di tingkat komunitas. “Pendampingan yang kami lakukan bukan hanya teknis, tetapi juga edukatif dan humanis. Agar pengurus dan warga semakin percaya diri mengelola sampah secara berkelanjutan,” katanya, Senin (17/11).
Melalui kegiatan #PilahDariSekarang: Temu Bank Sampah, Minggu (16/10) di Jakarta dan Surabaya, Yayasan Wings Peduli dan Waste4Change merangkum sejumlah insight tentang bagaimana komunitas menghadapi tantangan pengelolaan sampah dan menemukan solusinya.
Bank Sampah Gang Wolu Ninu Ninu di Surabaya kini memiliki pembukuan yang lebih rapi, setelah setiap anggota memiliki pembagian kerja yang jelas. Begitu juga dengan pengelolaan lanjutan sampah organik seperti minyak jelantah. Untuk menampungnya, Bank Sampah B.I.A di Surabaya menerapkan sistem “tukar pakai” jerigen. Inventaris jerigen ini memudahkan warga menyetor minyak secara aman dan bersih, menjaga kualitas minyak, serta memperlancar rantai penyaluran ke pengepul.
Di Bank Sampah Gang Wolu Ninu Ninu, budaya gotong royong bahkan mendorong beberapa nasabah melakukan “sedekah sampah”, yaitu menyerahkan sampah non-organik bernilai mereka tanpa memperoleh imbalan.
Pendampingan lanjutan mengenai topik relevan dengan potensi bank sampah akan memperkuat peran mereka di komunitas sekitar. Setelah peroleh pelatihan kemitraan, Bank Sampah B.I.A mempraktikkannya melalui kerja sama dengan sebuah kafe untuk mengelola sampah non-organik bernilai mereka.
Campaign Manager Waste4Change Saka Dwi Hanggara mengatakan. pendampingan yang dilakukan bersama Yayasan Wings Peduli bukan hanya soal teknis pengelolaan sampah, tapi juga menguatkan semangat gotong royong yang tumbuh di tengah masyarakat.
“Ketika warga mulai melihat bahwa mereka bagian dari perubahan yang paling signifikan, maka pemilahan sampah dari rumah bukan lagi kewajiban, tetapi kebiasaan yang mereka banggakan,” jelasnya.
Di Jakarta Timur, Bank Sampah Kartini 09 menjangkau warga dengan berkeliling ke setiap RT untuk memberikan edukasi dan melakukan penimbangan. Di Bekasi, Bank Sampah Gratera memakai strategi jemput bola dengan hadir di kelompok senam, PAUD, dan arisan RW untuk menjangkau ibu-ibu di sana.
Hingga September 2025, seluruh bank sampah binaan telah mendaur ulang lebih dari 6 ton sampah non-organik, melibatkan lebih dari 200 keluarga di DKI Jakarta, Bekasi, dan Surabaya sebagai nasabahnya. Dari hasil penjualan sampah terpilah, komunitas memperoleh manfaat ekonomi lebih dari Rp 15 juta, yang seluruhnya kembali ke warga dan operasional bank sampah.(*)


