SURABAYAONLINE.CO-Stunting masih menjadi tantangan besar dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Untuk itu, Universitas Airlangga (UNAIR) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Pemanfaatan Beras Fortifikasi Sebagai Salah Satu Strategi Intervensi Spesifik dalam Penanganan Stunting”, pada Kamis (tanggal lengkap), di Airlangga Convention Center, Surabaya, Sabtu(24/5/2025).
Dalam forum tersebut, pakar gizi Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si., menegaskan bahwa stunting merupakan masalah kompleks yang tidak bisa diselesaikan dengan satu pendekatan saja. Ia menyebut, sebelas intervensi spesifik yang telah dirancang pemerintah harus dijalankan secara bersamaan dan saling mendukung.
“Ibarat roda, semua elemen harus bergerak bersama. Intervensi spesifik saja tidak cukup jika tidak diiringi intervensi sensitif seperti pemberdayaan perempuan, ketahanan pangan, dan peningkatan edukasi keluarga,” ujar Prof. Sumarmi.
Ia menjelaskan bahwa penyebab stunting bersifat berlapis—dari faktor langsung seperti kekurangan asupan dan infeksi, hingga faktor tidak langsung seperti ekonomi keluarga yang lemah dan rendahnya pengetahuan orang tua. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan yang komprehensif dan konvergen.
Salah satu solusi yang diangkat dalam FGD ini adalah pemanfaatan beras fortifikasi, yakni beras yang diperkaya dengan berbagai mikronutrien penting seperti zat besi, asam folat, dan vitamin B kompleks. Produk ini dianggap mampu menjadi intervensi gizi spesifik yang efektif, terutama bagi kelompok rentan seperti ibu hamil dan balita.
“Beras fortifikasi telah lama dikembangkan, dan didukung bukti ilmiah. Tapi tantangan kita adalah bagaimana menjadikan produk ini terjangkau, legal, dan berkelanjutan di masyarakat,” imbuh Prof. Sumarmi.
FGD ini dibuka secara resmi oleh Ketua LPPM UNAIR, Prof. Dr. Gadis Meinar Sari dr., M.Kes., yang dalam sambutannya menekankan pentingnya riset yang aplikatif dalam mendukung kebijakan publik. Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur, Lutfil Hakim, juga hadir dan menegaskan komitmen media untuk terus mendorong kolaborasi lintas sektor dalam isu stunting.
Diskusi terbagi dalam tiga sesi utama, menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi, lembaga internasional seperti UNICEF dan World Food Programme, serta pelaku industri pangan. Pada sesi akhir, peserta menyampaikan rekomendasi strategis untuk memperkuat ekosistem distribusi dan regulasi beras fortifikasi.
FGD ini diharapkan menjadi langkah konkret dalam mendorong kebijakan berbasis bukti dan membangun sinergi multipihak untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia.
Surabaya,
[17.14, 24/5/2025] Catur Prasetya: Siapp