Oleh: Ferdy Ferdian Syahbani (Ahli Kopi)
SURABAYAONLINE.CO – Beberapa hal menarik tentang kopi tidak hanya berkisar dari aroma dan rasanya saja, namun juga tentang keterkaitan dengan sebuah budaya, bisa dari bagian hulu sampai ke hilirnya. Maka di tempat yang berbeda juga akan menghasilkan kondisi yang berbeda juga.
Seperti contohnya kondisi yang terjadi di hulu yang berkaitan dengan proses pasca panen, dimana pada suatu tempat dengan ketersediaan airnya yang melimpah, maka proses pasca panen wash akan lebih mendukung untuk dilakukan. Berbeda dengan suatu tempat dengan kondisi kurang tersedianya air tapi sinar mataharinya bisa dikatakan cukup, maka proses pasca panen natural akan menjadi hal yang lebih mendekatkan kepada tujuan.
Keseruan cerita tentang kopi pada bagian hilir di beberapa negara juga menjadi sebuah cerita menarik, seperti cerita tentang kopi di eropa dulu yang sempat kontroversial diperdebatkan konsumsinya, karena berkaitan dengan perilaku masyarakat khususnya kaum pria yang menikmati kopi sambil berkumpul di sebuah tempat. Sehingga hal ini cukup mengundang kecurigaan dari pemerintahnya atas perilaku tersebut, karena jika beberapa pria sering berkumpul hingga larut malam, maka yang dikhawatirkan adalah pokok bahasan mereka yang beresiko tentang perencanaan kudeta. Dan bahkan sempat terjadi kebijakan dari pemerintahnya tentang pelarangan konsumsi kopi oleh masyarakat. Namun pada akhirnya terselesaikan juga polemik itu sampai dengan berdirinya kedai kopi sebagai perkembangan budaya minum kopi.
Seperti di Indonesia yang saat ini sudah menjamur keberadaan kedai kopi, cafe atau coffeeshop hingga kita relatif sangat mudah untuk menjumpainya di beberapa ruas jalan baik jalan utama, jalan cabang bahkan jalan perumahan. Beragam rupa tampilan dan kondisinya mulai dari yang berbiaya kecil hingga yang berbiaya besar. Dan pembicaraan utama kita kali ini adalah tentang perkembangan budaya kedai kopi, dimana di atas tadi sempat tergambar kondisi budaya berkumpul untuk minum kopi. Hal ini menjadi sebuah cermatan bagaimana kedai kopi yang awalnya hanya menjadi tempat minum kopi, kini seperti telah menjadi central kegiatan masyarakat.
Kedai kopi menjadi sebuah tempat berkegiatan masyarakat di berbagai bidang, baik oleh kaum pria dan wanita. Beberapa kegiatan yang biasanya dilakukan di perkantoran akhirnya juga biasa dilakukan di kedai kopi, seperti meeting internal atau eksternal dan prosesi tahapan interview calon karyawan. Para profesional juga biasa bekerja dan bertemu klien di kedai kopi. Ibu-ibu yang punya jadwal arisan atau sedang berulangtahun biasa merayakannya di kedai kopi.
Para mahasiswa juga menggunakan kedai kopi sebagai tempat untuk belajar, mengerjakan tugas dan berkumpul bersama teman. Dan pada akhir pekan kedai kopi sering diramaikan oleh pelanggan yang hang out bersama teman-teman, apalagi terdapat ekstra fasilitas hiburan seperti musik dan penyanyinya, sambil menikmati kopi dan suasananya.
Dari kegiatan yang bermula dari sebuah kebiasaan, hingga bisa berkembang menjadi seperti sebuah keharusan. Mengingat ada beberapa orang tua yang bercerita tentang perilaku anaknya yang lebih suka belajar di kedai kopi dibanding belajar di rumah. Inilah bentuk pergeseran yang terjadi, seperti awalnya dulu untuk minum kopi bisa dilakukan di rumah lalu bergeser aktivitas minum kopi di kedai kopi. Sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi pergeseran aktivitas masyarakat yang biasanya dilakukan di rumah bisa bergeser di kedai kopi.
Perkembangan budaya inilah yang ditangkap oleh pengusaha untuk mengakomodir perilaku pelanggan, dengan menyediakan berbagai fasilitas pendukung seperti stop kontak listrik dan sambungan internet, sehingga menjadi bagian dari persaingan bisnis antar kedai kopi. Inilah gambaran perkembangan budaya kedai kopi khususnya di Indonesia. Semoga perkembangan budaya di kedai kopi juga dapat mendukung pertumbuhan konsumsi kopi Indonesia.