SURABAYAONLINE.CO – PT Merdeka Copper Gold, Tbk (IDX: MDKA), sebagai perusahaan induk pertambangan logam dan mineral terkemuka di Indonesia, terus memperkuat komitmennya terhadap keberlanjutan. MDKA meyakini bahwa keberhasilan bisnis tidak hanya bergantung pada efisiensi dan profitabilitas, tetapi juga pada tata kelola perusahaan yang baik, tanggung jawab sosial, serta pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Salah satu langkah nyata yang dilakukan MDKA dalam menjaga lingkungan adalah dengan menjalankan prosedur pengelolaan, pengumpulan, dan pemanfaatan sampah domestik. Kebijakan ini sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Sebagai bagian dari komitmennya, MDKA melalui anak perusahaannya, PT Bumi Suksesindo (PT BSI), menjalin kerja sama dengan Komunitas Pemuda Etan Gladak (PEGA) di Banyuwangi, Jawa Timur, sejak 2017. Program ini bertujuan untuk mendaur ulang sampah organik dari sisa makanan katering PT BSI serta sampah rumah tangga dari desa-desa di sekitar tambang, seperti Pesanggaran dan Siliragung.
Sampah yang terkumpul diproses menjadi dua produk utama, yakni Maggot kering (larva lalat hitam) yang bernilai ekonomi tinggi sebagai pakan ternak berprotein tinggi dan pupuk cair yang digunakan untuk menyuburkan tanaman.
Menurut Sundarianto, Ketua PEGA, program ini tidak hanya membantu mengelola sampah, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat. “Kami bisa mengolah sekitar 20 ton sampah per bulan, dan pada 2024 telah mengelola lebih dari 271 ton sampah. Produk maggot dijual seharga Rp6.000 per kg, sementara pupuk cair seharga Rp7.000 per liter,” ujarnya.
Program ini juga mendapat pengakuan internasional, dengan PEGA diundang ke Australia untuk studi pengelolaan sampah serta meraih penghargaan Local Hero dari Beritajatim Award.
Tak hanya di Banyuwangi, program pengelolaan sampah juga diterapkan di PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) di Morowali, Sulawesi Tengah. Sampah domestik seperti makanan, plastik, botol kaca, dan kaleng dikelola dengan berbagai metode, termasuk:
1. Pakan ternak: Sampah makanan diolah menjadi pakan lele dan bebek bekerja sama dengan masyarakat di Makarti dan Labota.
2. Daur ulang sampah plastik: Melalui kerja sama dengan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) yang dikelola BUMDes dan IMIP, sampah plastik diolah dengan metode pencacahan, pemadatan, pirolisis, dan distilasi menjadi serbuk plastik, paving block, solar, dan minyak tanah.
3. Reduksi sampah: MTI berhasil mengurangi limbah hingga 9 ton per hari dengan melibatkan pemangku kepentingan setempat.
Di lokasi lain seperti Wetar, Pani Gold Project, dan Sulawesi Cahaya Mineral, MDKA juga menerapkan daur ulang sampah makanan menjadi kompos untuk mendukung kegiatan penghijauan dan reklamasi tambang.
Menurut Tom Malik, Head of Corporate Communications MDKA, perusahaan selalu mengutamakan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan limbah. “Merdeka berkomitmen menjaga lingkungan dan memberdayakan masyarakat sekitar tambang. Kami ingin mengubah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat kembali,” jelasnya.
Dengan berbagai langkah strategis ini, MDKA dan seluruh anak perusahaannya terus berupaya menciptakan industri pertambangan yang lebih ramah lingkungan, berkelanjutan, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Melalui inovasi pengelolaan sampah dan sinergi dengan komunitas lokal, Merdeka Copper Gold (MDKA) berhasil mengubah tantangan lingkungan menjadi peluang ekonomi. Langkah ini tidak hanya mendukung keberlanjutan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.