SURABAYAONLINE.CO, Surabaya – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus berupaya mengatasi fenomena anak jalanan (anjal). Melalui pendekatan humanis dan kolaborasi antar instansi, Pemkot Surabaya bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menangani permasalahan sosial yang melibatkan anak-anak ini secara komprehensif.
Kepala Satpol PP Kota Surabaya, M Fikser menjelaskan bahwa pihaknya menerapkan metode penanganan dan pola khusus untuk mendekati anak-anak jalanan tanpa menimbulkan trauma. Penanganan khusus ini merupakan hasil diskusi dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak, serta Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) maupun LSM pemerhati anak.
“Menangani anak-anak ini jadi tidak terkesan represif, seperti penggerebekan. Jadi penanganan dan pola khusus ini bagaimana cara pendekatan supaya mereka tidak takut dengan kita,” kata Fikser, Jumat (8/11).
Fikser mengungkapkan bahwa Satpol PP akan melakukan penjangkauan apabila menemukan anak di jalan. Baik sedang mengamen, nggandol truk atau sekadar nongkrong di Traffic Light (TL).
Selanjutnya mereka akan diarahkan ke kantor Satpol PP untuk proses pendataan dan pembinaan. “Dalam proses pendekatan, kami juga memisahkan anak laki-laki dan perempuan serta memberikan penanganan khusus jika ditemukan ada anak-anak disabilitas,” jelasnya.
Menurut dia, langkah ini dilakukan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan anak-anak. Nah, setelah dilakukan pendekatan, Satpol PP akan melakukan pendalaman dengan menanyakan alasan anak itu berada di jalanan, kondisi keluarga maupun riwayat sekolah. “Jika anak tersebut masih bersekolah, kami akan menghubungi guru dan keluarganya serta melibatkan DP3APPKB untuk pendekatan lebih lanjut,” bebernya.
Bahkan, Fikser menyebut, apabila dalam penjangkauan pihaknya menemukan anak dengan masalah minuman keras, pihaknya akan melibatkan Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk pemeriksaan kesehatan.
“Jadi kita juga undang Dinkes untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kondisinya seperti apa. Kalau kita temukan narkoba kita koordinasikan dengan BNN. Kalau pemeriksaan kesehatan selesai, baru tahapan berikutnya pendalaman ke keluarga,” paparnya.
Menurut Fikser, langkah-langkah ini juga bertujuan untuk memastikan kejelasan maupun kondisi kesehatan anak tersebut. Sebab, tidak sedikit dari pengalaman petugas Satpol PP saat melakukan pendalaman terhadap anak-anak itu justru berbicara tidak jujur.
“Kadang-kadang anak-anak tidak menyampaikan keadaan yang sebenarnya, seperti mengaku orang tuanya bercerai dan sakit atau memiliki masalah keluarga, padahal kondisinya tidak demikian,” jelasnya.
Sementara, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, Anna Fajrihatin menjelaskan bahwa Pemkot Surabaya telah membentuk tim terpadu untuk menangani anak-anak jalanan yang tersebar di semua wilayah kecamatan. “Kami bekerja sama dengan Satpol PP, DP3APPKB, dan Dinas Pendidikan untuk melakukan outreach atau penjangkauan kepada anak-anak yang ditemukan di jalanan,” kata Anna.
Anna menekankan pentingnya peran orang tua dan lingkungan dalam membentuk perilaku anak. Sebab, kata dia, di era sekarang, banyak anak yang terpengaruh lingkungan dan gaya hidup yang kurang baik.(*)