Oleh: Ferry Is Mirza (FIM)
SURABAYAONLINE.CO – Sebulan lalu saya mengantar isteri ke sebuah gerai ATM kantor cabang bank langganan kami di Cinere untuk mengambil uang. Setiba di tempat tujuan, isteri turun terlebih dahulu sementara saya memarkir mobil.
Ketika saya menyusulnya masuk kedalam gerai ATM, saya lihat isteri saya tengah ber-cakap² dengan dua orang lelaki yang tidak kami kenal. Saya menghampiri mereka diam-diam sembari mendengarkan percakapannya.
Jadi begini bu,” ujar salah seorang diantaranya. “Saya mau transfer uang ke saudara, namun ATM saya ketinggalan. Saya cuma minta tolong ibu untuk mentransfer dua juta ke nomor rekening ini dan uangnya saya ganti sekarang juga, ini sudah saya pegang.”
“Wah maaf saya tidak bisa membantu anda,” sahut isteri saya.
“Kenapa bu?,” tanya salah seorang diantara mereka dengan nada suara meninggi. “Ibu tidak percaya kepada kami?”
“Yaa, saya tidak percaya kepada kalian,” sahut saya tegas sembari mendekati isteri.
Kedua orang itu menoleh. “Bapak siapa? Tak usah campur tangan urusan orang pak.”
“Dia isteri saya. Kalian mau apa? Saya tidak percaya kepada kalian dan kalau tetap memaksa, akan saya suruh orang ramai diluar sana menangkapmu.”
Mereka berdua tampak keder, kemudian bergegas keluar dan menyengklak motornya tanpa menoleh lagi.
Hari Selasa kemarin untuk suatu urusan, saya musti terbang ke Medan. Seperti biasa saya selalu berangkat beberapa jam sebelumnya ke Bandara, untuk menghindari kemacetan.
Saat saya hendak check-in, orang yang sedang proses check-in didepan saya tampak agak kebingungan dengan barang bawaannya. Cukup banyak sehingga melampaui batas yg diperkenankan. Ia kemudian menoleh ke arah saya dan berkata meminta bantuan.
“Pak, saya lihat bawaan bapak sedikit,” katanya sembari menatap saya. “Bisakah saya menitipkan koper saya kepada bapak?”
Saya langsung menggeleng. “Maaf Pak, saya tidak bersedia,” jawab saya tegas.
“Kenapa pak? Bapak tidak mempercayai saya?”
“Bagaimana saya percaya Bapak, kenal saja tidak. Pun jika ternyata bagasi bapak itu berisi barang berbahaya, nantinya di manifest terdaftar atas nama saya. Sayalah yang akan berurusan dengan polisi, bukan Anda, terus saya harus bagaimana? Itu masalah anda, bukan urusan saya. Lagipula masih ada solusinya kok, bayar saja kelebihannya.”
Saya lihat counter check-in sebelah kosong, petugasnya mengangguk kepada saya. Segera saya bergeser kesana, mengurus check-in dan beranjak masuk ke lounge.
Ada juga seorang ibu ingin ke toilet dan menitipkan anaknya kepada kita atau bayi… Jangan kita menerima karena beliau akan membuat alibi bahwa kita telah menculik anaknya dan sudah dengan scenario bersama beberapa orang…
“Ibu kok nggak mau nolong sebentar saja, saya mau ke toilet masa bayi di bawa², apa ibu tega kepada saya?…”
Nah ketika kita gelagapan tidak mau nggak enak dll…
Atau ada yang minta tolong membelikan minum atau butuh uang receh jangan mudah memberi jika tidak kenal, nanti yang minta akan memberikan kita secarik kertas berisi narkoba, dan kita di grebek tiba² jika tidak menuruti. Maka kita akan diperas dengan sejumlah uang sangat besar
Itulah “Social Engineering” sebuah teknik untuk memanipulasi dan mengarahkan perilaku seseorang atau sekelompok orang dengan menggunakan kekuatan hipnotik bahasa, rasa rikuh, pekewuh serta preferensi pribadi seseorang terhadap suatu isu.
Sejalan dengan kian berkembangnya teknologi, Teknik Human Engineering jugamerembes kencang dalam dunia media sosial melalui berita² Hoax.
Oleh karena itu jangan heran jika dari tukang sampah hingga orang berpendidikan sangat tinggi, bisa terpengaruh karenanya.
Semoga Berguna
Kata kata seperti ini; “Bapak nggak percaya dengan saya?”
Biasanya kita jadi sungkan karena takut menghina mereka, lalu kita jawab: “Bukan begitu… tetapi…”
Nah disaat itu, kita menempatkan diri kita dibawah mereka. Harusnya langsung saja menjawab: “Iya… saya ngak percaya kalian…”
Persis dalam cerita diatas, Penjahat jadi tahu kita bukan calon korban yang lemah.
Share biar tidak ada yang menjadi korban…!!!
Selalulah Kita Berhati-hati !!!…