SURABAYAONLINE.CO, Sidoarjo – Festival Mangrove yang diadakan Pemprov Jawa Timur merupakan upaya untuk membangun hulu hilir yang lebih luas. Upaya ini untuk menjaga eksositem mangrove.
Hal ini diungkapkan oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dalam Festival Mangrove III yang diadakan di Wisata Bahari Tlocor, Desa Kedungpandan, Kecamatan Jabon, Sidoarjo, Minggu (29/1).
Menurutnya, banyak jenis hilirisasi mangrove yang sudah tumbuh dan berkembang menjadi produk-produk UMKM. Bahkan, kata dia, sudah go international. Misalnya, seperti produk UMKM berupa kerajinan dari mangrove yang menjadi salah satu cindera mata saat gelaran KTT G20 di Bali, beberapa waktu lalu.
“Tidak hanya itu, adapula batik yang menggunakan pewarna alam dari mangrove. Kue-kue yang berbahan dasar tepung mangrove, serta produk makanan hasil mangrove lainnya seperti sirup,” kata Khofifah.
Menurutnya, ekosistem mangrove telah memberikan manfaat sangat banyak. Baik dari sisi ekologi, ekonomi, dan sosial bagi masyarakat pesisir.
Penanaman 1000 bibit mangrove dan pohon produktif dilakukan di Pulau Lusi, yang berdekatan dengan Wisata Bahari Tlocor. Selain itu, juga menanam cemara udang. Tak hanya menanam, kegiatan itu juga disrtai pelepasliaran burung air, ikan, dan udang sejumlah 23 ribu ekor di perairan Pulau Lusi.
Jawa Timur memiliki kawasan mangrove terluas se-Pulau Jawa sebesar 27.221 hektare atau 48 persen dari kawasan mangrove di seluruh Jawa. Tercatat dari tahun 2020-2022 sudah dilaksanakan penanaman mangrove di pesisir Jatim melalui dana APBD, APBN, dan penanaman bersama berbagai pihak. Dengan total seluas 1.516,57 hektare atau sejumlah 5.662.418 batang bibit mangrove.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga menyerahkan surat keputusan Gubernur Jatim tentang Kelompok Kerja Pengelolaan Ekosistem Mangrove Daerah Provinsi Jawa Timur.Kelompok ini terdiri dari unsur Kementerian LHK, OPD terkait Pemprov Jatim, TNI-AL, BPN, akademisi, pegiat dan pemerhati mangrove, serta tokoh masyarakat.(*)