SURABAYAONLINE.CO – Setelah dua tahun tidak dapat ke Mojokerto akibat wabah Corona, budayawan Muhammad Ainun Nadjib alias Cak Nun, Jumat (15/4) malam kembali tampil di acara Milad ke-7 Pondok Pesantren Segoro Agung, Trowulan, Mojokerto.
Kantor Perwakilan BKKBN Jawa Timur kembali menjadi penyokong penyelenggaraan pengajian bertajuk “Sinau Bareng Mbah Nun dan Kyai Kanjeng” dengan tema “Mikul Dhuwur Mendhem Jero dan Kenali Risiko Stunting” itu.
Usai waktu shalat Isya’ puluhan orang sudah mengisi tempat di depan panggung utama pengajian bersama Kyai Kanjeng ini. Ribuan pengunjung lain memenuhi berbagai sudut pondok.
Di tempat lain, stand penjualan buku-buku karya Emha Ainun Nadjib dan souvernir berupa kaos dan topi khas Cak Nun diserbu para pembeli.
Sementara karangan bunga ucapan selamat Milad ke-7 Ponpes Segoro Agung juga terpasang di berbagai tempat. Antara lain datang dari Wakil Ketua DPRD Jawa Timur, Sahat Tua Simanjuntak, SH, MH, M.AP, Bupati Mojokerto, dr. Ikfina Fahmawati, MSi dan Bupati Pamekasan, H. Badrut Taman, S.Psi.
Tepat pukul 19.30 Grup Kyai Kanjeng tampil menghibur tamu undangan yang hadir sejak sore hari.
Bahkan tamu-tamu penting berbuka puasa bareng Cak Nun di Ponpes Segoro Agung Trowulan. Antara lain Deputi ADPIN BKKBN Pusat, Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd dan Kepala Kantor Perwakilan BKKBN Jawa Timur, Drs. Maria Ernawati, MM.
Lagu pertama yang diperdengarkan Grup Musik Kyai Kanjeng berjudul “Segoro Agung”
Kenali Stunting
Di depan ribuan peserta Sinau Bareng Mbah Nun ini, Emha Ainun Nadjib juga diminta untuk menyampaikan pesan arti penting pencegahan Stunting.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini bisa berefek jangka panjang hingga si anak dewasa dan bahkan hingga lansia.
Tentu saja ini bisa berakibat pada rendahnya kualitas manusia Indonesia. Sebab Stunting sangat mempengaruhi produktivitas dan kreativitas manusia di usia produktifnya.
Badan Kesehatan Dunia, WHO, mencatat ada 162 juta anak di seluruh dunia “menderita” Stunting, termasuk di Indonesia.
Tentu saja ini menjadi tugas Departemen Kesehatan dan BKKBN untuk mencegah munculnya kasus Stunting. Sebab kondisi kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama ini bisa berdampak pada gangguan perkembangan anak. Tidak saja pada fisik, melainkan juga pada perkembangan otaknya.
Penyebab Stunting pada umumnya akibat rendahnya akses ibu hamil terhadap makanan dari segi jumlah maupun kualitas gizinya.
Penyebab lain terjadinya kasus Stunting akibat kurangnya pengetahuan ibu hamil terkait gizi sebelum hamil, saat hamil dan sesudah melahirkan.
Ciri anak penderita Stunting antara lain wajah anak terlihat lebih muda dibandingkan usia sebenarnya.
Juga kurang fokus dan tidak minat belajar. Di usia 8-10 tahun, anak tampak pendiam dan jika diajak bicara selalu menghindar dari kontak mata. Pada anak perempuan, juga bisa berefek terlambatnya masa menstruasi. (Sumali JRKI/Yami Wahyono)


