SURABAYAONLINE.CO – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN memperkirakan defisit neraca perdagangan Indonesia akan mencapai Rp1.000 triliun pada 2060 bila tidak melakukan transisi dari kendaraan dengan bahan bakar minyak (BBM) ke mobil listrik.
EVP Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN Edwin Nugraha Putra mengatakan estimasi ini muncul dari banyaknya jumlah BBM yang akan diperlukan masyarakat Indonesia ke depan.
Masalahnya, tidak semua kebutuhan BBM bisa ditutup dari produksi nasional, sehingga harus melakukan impor dan membuat neraca perdagangan menjadi defisit.
Untuk itu, sisi transportasi perlu berhijrah dari mobil BBM, solar maupun bensin, berubah menjadi mobil listrik,” ujar Edwin dalam acara Economic Outlook 2022 bertajuk Akselerasi Pembangunan Energi Nasional 2022, Rabu (24/11).
Tak cuma bisa menjadi solusi bagi potensi defisit neraca dagang ke depan, Edwin mengatakan transisi kendaraan dari BBM ke listrik bisa membuat kantong pengeluaran masyarakat lebih hemat. Pasalnya, biaya yang dibutuhkan untuk jarak tempuh 10 kilometer (km) menggunakan mobil listrik hanya sebesar Rp1.500 per kWh.
Nilainya jauh lebih rendah dari kebutuhan BBM untuk 10 km yang mencapai 1 liter. Bila dinominalkan, maka kebutuhannya sebesar Rp9.000 per 10 kmUntuk itu, menurutnya, masyarakat Indonesia perlu beralih dari mobil dengan energi BBM ke mobil listrik pada tahun-tahun mendatang. Di saat yang sama, Indonesia pun tengah membangun industri kendaraan dan baterai listrik.
“Proyeksinya, penetrasi mobil dan motor listrik bisa mencapai 90 persen pada 2060 untuk mencapai kondisi carbon neutral pada sektor transportasi,” pungkasnya.