SURABAYAONLINE.CO – Depresi atau rasa kecewa seringkali ditampilkan dengan kondisi wajah yang murung atau sedih. Jika ditelusuri lebih dalam, orang yang mengalami depresi akan tampak tidak memiliki ketidaktertarikan pada hal-hal yang biasa disukainya, mengalami perubahan sikap yang tiba-tiba, serta nafsu makan yang meningkat atau menurun secara drastis.
Tetapi ternyata gejala depresi tidaklah selalu sama antar individu. Kadang, meski seseorang tidak menunjukkan gejala depresi seperti diatas, ia bisa saja sebenarnya mengalami depresi berat. Dan bukan tak mungkin, orang yang mengalami depresi berat ini kerap terlihat sering tersenyum dan tetap bekerja dengan baik seperti tak ada apa-apa dalam hidupnya.
Itulah yang dikenal sebagai “Smiling Depression”. Smiling depression atau ‘depresi yang tersenyum’ adalah istilah untuk seseorang yang hidup dengan depresi dalam dirinya, sambil tampak sangat bahagia atau puas di luar.
Di balik topeng mereka yang tampak gembira dan bahagia, mereka memiliki perasaan putus asa, tidak berharga, dan tidak mampu melakukan apa-apa. Mereka berjuang dengan depresi dan kegelisahan dalam jangka waktu yang lama.
Namun, di saat bersamaan rasa takut akan diskriminasi membuat pikiran mereka kabur, dan secara tak sadar berusaha untuk tampil bahagia di depan orang lain, seolah semuanya baik-baik saja.
Salah satu contohnya terjadi pada Joker, musuh abadi superhero Batman. Joker digambarkan memiliki wajah bahagia, dengan senyum yang selalu menghiasi wajah badutnya. Padahal, kenyataannya Joker adalah sosok yang memiliki depresi luar biasa akibat tragedi dimasa lalunya. Akan tetapi, Joker membalut depresinya dengan selalu tersenyum serta melakukan kejahatan.
Contoh yang lain, seperti karakter dalam serial drama korea Hometown Cha-Cha-Cha, Hong Du Sik. Hong divisualisasi sebagai laki-laki yang murah senyum dan suka menolong. Jika seseorang membutuhkan bantuan, Hong Du Sik adalah orang pertama yang selalu memberikan pertolongan. Namun dibalik itu semua, Hong menyimpan depresi yang berat akibat tragedi di masa lalu. Dibalik senyuman Hong kepada orang-orang, tersimpan rasa kecewa, sedih yang mendalam pada dirinya.
Mengutip dari laman halodoc, kebiasaan selalu tersenyum atau ingin terlihat bahagia bagi pengidap smiling depression ternyata jauh lebih berbahaya dibanding pengidap depresi biasa yang cenderung menampilkan kesan kesedihannya. Bahkan menurut penelitian, pengidap smiling depression memiliki risiko bunuh diri yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, untuk mengatasi smiling depression ialah dengan menyingkirkan rasa malu bahwa sedang mengalami depresi, dan segera mengungkapkan kepada orang terdekat untuk mendapatkan saran atau minimal telah melepaskan beban dengan berbagi cerita dan perasaan.
Selain itu, mengatasi smiling depression bisa dengan berkonsultasi dengan psikiater, atau memilih satu orang yang sangat dipercaya, baik dari keluarga ataupun sahabat dan cobalah untuk menceritakan masalah dan kondisi yang dialami kepada orang tersebut. (Vega)