SURABAYAONLINE.CO – Saham-saham emiten produsen minyak sawit (crude palm oil/CPO) melonjak pada awal perdagangan hari ini, Selasa (5/10), seiring dengan tren kenaikan harga komoditas ini.
Berikut kenaikan saham sawit, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.34 WIB.
- Triputra Agro Persada (TAPG), saham +7,69%, ke Rp 770/saham
- Eagle High Plantations (BWPT), +7,69%, ke Rp 98/saham
- Provident Agro (PALM), +5,00%, ke Rp 525/saham
- Dharma Satya Nusantara (DSNG), +4,50%, ke Rp 580/saham
- PP London Sumatra Indonesia (LSIP), +3,80%, ke Rp 1.365/saham
- Astra Agro Lestari (AALI), +2,75%, ke Rp 10.275/saham
- Mahkota Group (MGRO), +2,72%, ke Rp 755/saham
- Salim Ivomas Pratama (SIMP), +2,13%, ke Rp 480/saham
- Sawit Sumbermas Sarana (SSMS), +2,05%, ke Rp 995/saham
- Cisadane Sawit Raya (CSRA), +1,41%, ke Rp 432/saham
- Tunas Baru Lampung (TBLA), +1,15%, ke Rp 880/saham
- Sampoerna Agro (SGRO), +0,52%, ke Rp 1.925/saham
Mengacu pada data di atas, saham TAPG menjadi yang paling melesat, yakni 7,69% ke Rp 770/saham, setelah menguat dalam 2 hari belakangan. Dengan ini, dalam sepekan saham TAPG naik 21,43%, sementara dalam sebulan terkerek 23,39%.
Kedua, saham BWPT tercatat melonjak 7,69% ke Rp 98/saham. Dalam seminggu saham ini bertambah 20,25%, sedangkan dalam sebulan mendaki 23,08%.
Di bawah BWPT, saham PALM terapresiasi 5,00% ke Rp 525/saham. Kenaikan ini membuat saham PALM mencuat 8,65% sepekan dan naik 13,94% dalam sebulan terakhir.
Keempat, saham DSNG menguat 4,50% ke Rp 580/saham. Dalam sepekan saham DSNG berhasil melesat 7,48%, sementara dalam 30 hari belakangan saham ini bertumbuh 12,75%.
Sebelumnya, pada Senin (4/10) pukul 10:06 WIB, harga CPO di Bursa Malaysia tercatat MYR 4.531/ton. Naik 0,58% dari posisi akhir pekan lalu.
Harga CPO masih menjalani tren bullish. Dalam sepekan terakhir, harga naik 3,12% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, kenaikannya adalah 4,52%.
Peningkatan permintaan membuat harga CPO terangkat. Mengutip Reuters, impor CPO India pada September 2021 mencapai 1,4 juta ton. Naik dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sekaligus menjadi rekor tertinggi.
“Lonjakan impor disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang menurunkan bea masuk,” ujar Sandeep Bajoria, CEO Sunvin Group.
Akhir Juni lalu, pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi memutuskan untuk menurunkan bea masuk CPO dari 10% menjadi 2,5%. Hal ini ditempuh agar harga produk olahan CPO turun sehingga tidak menggerus daya beli rakyat Negeri Bollywood.
Jelang akhir tahun, konsumsi rumah tangga di India mencapai puncaknya karena ada perayaan hari besar seperti Diwali dan Dhanteras. Menurunkan bea masuk CPO akan membuat harga produk olahannya (minyak goreng, mentega, sabun mandi, dan sebagainya) akan ikut turun. Dengan begitu, rumah tangga punya daya beli yang kuat.
Biasanya India mengandalkan minyak kedelai sebagai pengganti CPO. Namun tahun ini cuaca tidak bersahabat, hujan dengan intensitas tinggi membuat panen kedelai terhambat.
Kenaikan harga CPO akan membawa dampak positif kepada Indonesia. Sebab, Indonesia adalah negara produsen dan eksportir CPO terbesar dunia. Saat harga CPO naik, apalagi permintaan juga tinggi, maka Indonesia akan menikmati hasil yang luar biasa.