SURABAYAONLINE.CO – Dikutip dari Veriety yang dilansir Antara, Senin (4/10/2021), secara global “No Time to Die” berhasil meraih lebih dari 100 juta dolar AS tanpa merilis film tersebut di China yang merupakan pasar film terbesar di dunia. Selain itu, menurunnya angka penonton di Amerika Serikat akibat Covid-19 ternyata tidak mempengaruhi “No Time to Die”.
Film tersebut dikabarkan menghabiskan 250 juta dolar AS (Rp3,5 triliun) untuk biaya produksi dan 100 juta dolar AS (Rp1,4 triliun) untuk promosi dalam skala global.
Film terbaru James Bond, “No Time to Die” meraup pendapatan global 119 juta dolar AS (Rp1,6 triliun) dari 54 negara pada pekan pembukaannya.
Platform Imax juga menyumbang 6,8 juta dolar AS (Rp97 miliar) dalam penjualan tiket “No Time to Die” dari 284 layar.
“No Time to Die” juga akan rilis di beberapa negara seperti Prancis pada 6 Oktober, Rusia pada 7 Oktober, dan Amerika Utara pada 8 Oktober.
Pendapatan “No Time to Die” dinilai yang paling sukses dibandingkan dengan “Spactre” yang meraih 123 juta dolar AS (Rp1,7 triliun) secara global, dan “Skyfall” dengan pendapatan 109 juta dolar AS (Rp1,5 triliun
Di Rusia, “No Time to Die” meraup 25,6 juta dolar AS (Rp365 miliar) dalam sepekan penayangannya. Sementara itu di 21 negara termasuk Inggris Raya dan Jerman, film tersebut meraih 14,7 juta dolar AS (Rp209 miliar), dan 2,9 juta dolar AS (Rp 41 miliar) di Hong Kong.
Penayangan No Time To Die telah mengalami tiga kali penundaan sejak tanggal aslinya ditetapkan untuk April 2020.
Namun pandemi yang dimulai Maret 2020 membuat rencana tersebut batal karena bioskop di seluruh dunia ditutup demi mencegah penyebaran Covid-19.
Film saga James Bond termasuk waralaba paling menguntungkan di Hollywood. Film Spectre pada 2015 berhasil mengantongi US$880 juta secara global, sementara Skyfall pada 2012 mampu menyentuh angka US$1 miliar. (Windi)