Surabayaonline.co | Surabaya – Banjir bandang akibat badai seroja yang melanda wilayah Nusa Tenggara Timur menelan ratusan korban jiwa dan meluluhlantakkan semua bangunan yang ada.
Melihat besarnya bencana Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) bersama tim dokter, perawat serta para relawan memutuskan berangkat ke lokasi untuk membantu para korban.
“Informasi dari Kepala BNPB, Pak Doni Mordano sampai kemarin sudah ada 117 orang korban meninggal, 76 orang hilang serta ratusan korban luka. Karena itu RSTKA harus berangkat. Kami ingin bergabung membantu saudara-saudara yang tengah berduka,” kara Direktur RSTKA, dr. Agus Harianto, SpB, Jumat (9/4/2021).
Agus Harianto, menjelaskan RSTKA merencanakan akan berangkat, Jumat (8/4/2021) sore. Untuk menuju lokasi memakan waktu perjalanan sekitar empat hari lamanya.
“Tetapi untuk kepastian waktu berangkat tetap menunggu ijin dari syahbandar, Tanjung Perak, Surabaya yang menjadi base camp RSTKA di Surabaya. Karena syahbandar yang punya otoritas untuk memberi ijin kapal bisa berlayar atau tidak. Semoga cuaca bagus supaya kami segera bisa berlayar.”
Untuk keberangakatan pertama RSTKA dengan nahkoda Kapten Mudatsir dibantu enam orang ABK tersebut akan membawa enam orang mahasiswa yang menjadi relawan di lapangan.
Untuk tim dokter beserta perawat akan menyusul ke lokasi menggunakan penerbangan reguler setelah kapal tiba di lokasi bencana.
Dalam misi kemanusiaan di NTT ini RSTKA akan memberangkatkan sekitar 40 orang tenaga kesehatan. Mulai dari dokter spesialis bedah, orthopedi, penyakit dalam, obgyn, anestesi, anak, dokter umum serta perawat. Diluar tenaga kesehatan ada relawan yang datang dari berbagai latar belakang keilmuan.
Agus Harianto menegaskan tenaga kesehatan yang terlibat di dalamnya RSTKA bukan hanya dari Unair saja tetapi gabungan dari berbagai dokter dari berbagai universitas dan rumah sakit di Indonesia.
“Kapal ini keberadaannya saja yang digagas oleh alumni Unair demikian pula pengelolaannya. Tetapi, kapal ini didedikasikan untuk Indonesia. Jadi ketika turun di lokasi bencana yang terlibat di dalamnya bisa siapa saja yang penting punya nafas sama. Nafas kemanusiaan,” tegas Agus Harianto.
Mengingat lokasi terdampak ada di beberapa tempat rencanannya dari Surabaya RSTKA akan langsung menuju Larantuka untuk transit, selanjutnya bergerak ke daerah yang terparah yakni Adonara baru kemudian bergeser ke Lembata, Pantar, dan Alor dan lainnya.
“Tetapi, lebih pastinya nanti setelah di lokasi baru akan ketahuan RSTKA akan bergerak memberi pelayanan kemana saja,” papar Agus.
Di masing-masing lokasi bencana selain pelayanan kesehatan tim akan bekerja untuk pengadaan air bersih buat masyarakat, trauma healing atau pemulihan trauma psikologis khususnya bagi anak-anak, pengadaan dapur umum, serta pendistribusian logistik.
Melihat besarnya bencana dan dampak yang ditimbulkan untuk misi kali ini RSTKA tak hanya soal pelayanan kesehatan tetapi juga mencoba ikut berkontribusi yang lain. Yaitu ikut membangkitkan ekonomi dengan menghidupkan koperasi dan UMKM bagi masyarakat kecil agar ekonomi lokal segara pulih.
“Karena ini bukan persoalan kesehatan semata. Tetapi, soal ekonomi paska bencana juga penting karena daerah mereka sekarang kan sudah luluh lantak,” kata Agus.
Selain itu kapal RSTKA yang sudah puluhan kali mengadakan kegiatan kemanusiaan di kawasan bencana dan lokasi terpencil di tanah air juga membawa aneka bibit tanaman buah berkualitas, mulai mangga, rambutan, nangka, jambu cristal dan lain-lain.
Penananaman bibit buah ini selain untuk reboisasi kawasan yang rusak, sekaligus buah-buahan ini memiliki nilai ekonomis. Ketika sekarang ditanam, diharapan 2-3 tahun kedepan sudah berbuah dan masyarakat bisa mendapat hasilnya.
Dalam misi sosial ini RSTKA menerima donasi dari masyarakat. Donasi bisa berupa uang, baju layak pakai, juga pokok makanan. Bantuan bisa diserahkan di sekretariat RSTKA di fakultas kedokteran Unair, Jl. Prof. Dr. Moestopo, Surabaya.
RSTKA adalah sebuah kapal rumah sakit jenis pinisi dengan panjang 27 meter dengan lebar 7 meter. Di lambung kapal terdapat fasilitas dua ruang operasi standar rumah sakit, kamar obat, ruang pemulihan pasien paska operasi.
Sejak diluncurkan pertama kali pada tahun 2017 sudah ribuan pasien ditangani yang tersebar di pulau-pulau terpencil khususnya di kawasan Jawa Timur dan Indonesia Timur. (Gandhi Wasono M)