https://www.youtube.com/watch?v=SHw4KDbV6Gs
SURABAYAONLINE.CO | Indramayu – Unit Manager Commrel & CSR Pertamina RU VI Balongan Indramayu Cecep Supriyatna mengatakan pihak Pertamina menduga (kebakaran disebabkan, res) terkena petir.
Selain itu, sumber kebakaran juga belum dapat diketahui, namun sejumlah pihak menduga kebakaran tersebut disebabkan oleh sambaran petir.
Bahkan kobaran api yang membakar kilang minyak Pertamina Balongan, Indramayu, Jabar hingga saat ini masih belum juga padam, Selasa (30/3/2021).
Bukan hal mustahil jika petir diduga menjadi penyebab kebakaran kilang minyak Pertamina di Balongan, Indramayu.
Menurut peneliti petir sekaligus Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Dr Dipl Ing Ir Reynaldo Zoro mengatakan, kejadian seperti ini sudah terjadi berkali-kali sejak puluhan tahun lalu.
“Kejadian (kebakaran) karena petir sebenarnya sudah berulang kali terjadi di kilang-kilang minyak instalasi Pertamina,” kata Zoro dihubungi Kompasdotcom, Senin (29/3/2021).
Zoro menjelaskan, hal ini karena karakteristik atau ciri petir di Indonesia sangat spesifik dan khas.
Sebelumnya perlu diketahui, sistem keamanan yang diterapkan Pertamina mengacu pada sistem standardisasi Internasional.
Namun dikatakan Zoro, standardisasi Internasional itu tidak cukup untuk melindungi penyimpanan minyak di negara-negara dengan karakteristik petir yang khas seperti Indonesia.
Zoro mengetahui hal ini karena dia merupakan anggota Badan Standardisasi Petir Dunia- International Electrotechnical Commission (IEC)TC 81: Lightning sejak 1995.
Zoro menjelaskan, ini karena jenis petir yang ada di Indonesia berbeda dengan standar keamanan yang dipakai Internasional, di mana standar ini pula yang diterapkan oleh Pertamina.
Sejak 1992, Zoro melakukan penelitian tentang petir di Indonesia. Hingga akhirnya dia mengetahui bahwa petir kita sangat khas.
Dikatakan Zoro, karakteristik petir di Indonesia memiliki ekor yang lebih panjang dan amplitudonya lebih tinggi.
“Sehingga bagian tangki yang di atas, kalau kena petir bisa bolong. Kalau sudah bolong, ada (tercipta) segitiga api berupa oksigen, api, dan ada bahan bakar (yang bisa menyebabkan ledakan,” jelas Zoro kepada Kompas.com, Senin (29/3/2021).
Nah, standardisasi Internasional mengacu pada karakter petir yang ada di negara-negara subtropis.
Dalam standar kilang minyak Internasional, disebutkan bahwa tangki minyak tidak perlu diberi proteksi tambahan karena tangki terbuat dari metal.
“Tangki itu kan arus listrik, jadi kalau kena metal (arus listrik) akan hilang. Ternyata kalau di Indonesia enggak begitu. Karena petir kita ternyata memiliki karakteristik berbeda,” ujar Zoro. “Jadi artinya kurang cukup, perlu proteksi yang lebih (untuk kilang minyak terhadap petir) di Indonesia,” ujar Zoro. (*kompascom)