SURABAYAONLINE.CO-Belakangan ular kobra menjadi berita di berbagai daerah. Siapa yang tidak tahu hewan reptil berbahaya satu ini ? Kehadiran hewan reptil berbisa ini belakangan membuat resah warga di beberapa wilayah Depok, Jawa Barat, hingga Jakarta. Namun, bagi sebagian manusia pula punya kedekatan dengan ular ordo Squamata ini.
Kedekatan manusia dengan ular Cobra ini tidak sembarangan. Ada yang senang memelihara, dan ada juga yang gemar mengonsumsi daging dan darah salah satu ular mematikan di dunia ini. Secara kesehatan amankah mengonsumsi darah dan daging ular berbisa ini?
Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Kementerian Kesehatan RI, Dr. dr. Ina Rosalina Sp.A (K), tak pungkiri, konsumsi daging dan ular kobra hadir di tengah kehidupan masyarakat Indonesia.
“Jadi gini, memang ada cerita nih. Kalau yang paling bagus daging ular itu adalah memang ular kobra. Ular, banyak ya. Dan, biasanya itu masyarakat itu mau makan dagingnya, malah darahnya, empedu dan sebaginya,” kata dr Ina kepada RRI saat dihubungi di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dia juga menjelaskan tujuan kebiasaan konsumen daging, darah, dan empedu ular Cobra.
“Biasanya untuk sakit gatal, alergi, ada untuk menyembuhkan asma, dan ada untuk vitalitas laki-laki gitu ya, dan sebagainya. Malah itu (ular) suka banyak dijual,” ujar dia.
Dari semua itu, dr Ina menyatakan konsumsi daging, darah, dan empedu ular kobra selama ini belum ada penelitian di dunia kesehatan.
“Tapi intinya begini, itu semua belum ada penelitiannya dengan jelas. Jadi, itu dari mulut ke mulut. Oh, makan itu (ular Cobra), minum itu jadi bagus. Padahal memang mungkin sudah bagus dari awalnya ya,” terang dia.
Meski demikian, dr Ina tidak memberikan larangan konsumsi bagi masyarakat yang memang ingin mengonsumsi. Tetapi, dia menyarankan beberapa hal sebagai pertimbangan sebelum mengonsumsi seperti daging ular.
“Kalau kita ingin mengonsumsi sesuatu, apalagi ular kobra yang ada bisanya paling banyak. Kita harus berpikir dulu, apakah itu penelitiannya sudah atau belum. Dan itu belum ada. Bahwa ini (ular kobra) menyembuhkan ini, menyembuhkan itu, belum ada,” ungkap dia.
Kedua, lanjut dia, perhatikan bisa ular kobra. Dokter Ina mengkhawatirkan jika ular dikonsumsi, kemungkinan kandungan bisa mematikan dari dalam tubuh hewan itu masih tersisa saat dikonsumsi manusia.
“Dan itu cukup berbahaya bagi tubuh manusia. Kemudian juga harus dipikirkan dulu, kalau di tubuh hewan reptil itu sering banyak bakteri,” tegas dia.
“Bakteri sallmonela, bakteri ecoli, kemudian banyak bakteri bakteri yang bisa masuk ke tubuh kita dan menjadi tidak bagus (untuk kesehatan),” lanjut dia.
Semua bakteri yang disebutkan di atas, kata dr Ina, ada di tubuh ular kobra. Sehingga, dia mengatakan bagi masyarakat yang memang mau mengonsumsi ular kobra dan jenis ular lainnya, harus memastikan cara memasak yang benar.
“Bagi yang suka konsumsi daging ular kobra, harus masak dengan matang. Tapi, kalau ditanya untuk manfaat kesehatan, itu penelitian belum ada. Jadi, saya juga tidak bisa bilang ini harus dikonsumsi, tidak,” kata dr Ina.
Guna mendapatkan protein yang baik bagi tubuh, dr Ina mengatakan ada hewan lain yang sudah diuji laboratorium. Dia menyebutkan ikan gabus yang ternyata baik dikonsumsi sebagai sumber protein.
Ikan gabus yang dimaksud, ternyata juga sudah dalam bentuk suplemen. Olahan ikan gabus dikatakannya jauh lebih bermanfata bagi kesehatan tubuh manusia.
“Jadi, silakan konsumsi ikan gabus, biar luka cepat sehat. Tapi, kalau (penelitian) ular Cobra, belum. Enggak ada,” kata dr Ina.
Konsumsi daging dan ular Cobra juga telah mendapat tanggapan dari Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Zaitun Rasmin. Menurutnya, mengonsumsi ular kobra sebagai obat alternatif itu hukumnya boleh jika terpaksa. Itu berlaku bagi masyarakat Muslim yang ingin tahu ketentuan dalam Agama Islam.(*)